Etika Dakwah di Dunia Digital: Menebar Kebaikan Tanpa Batas

Etika Dakwah di Dunia Digital: Menebar Kebaikan Tanpa Batas

Oleh: K.H. Chriswanto Santoso

Di era serba digital seperti sekarang, internet telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Ia tidak hanya menjadi alat komunikasi dan sumber informasi, tapi juga ruang terbuka tempat ide dan pengaruh berseliweran.

Dunia maya seolah tak berbatas, tapi justru di situlah pentingnya pagar-pagar etika.

Bagi para pendakwah, internet adalah peluang sekaligus tantangan. Di satu sisi, ini adalah media dakwah yang sangat efektif—cepat, luas, murah, dan kontennya bisa diakses kapan saja.

Namun di sisi lain, internet juga penuh dengan konten negatif, misinformasi, dan bahkan ujaran kebencian. Maka, dakwah digital perlu dibekali dengan etika yang kuat dan pemahaman yang tepat.

Dakwah adalah Konten, Internet adalah Medianya

Internet hanyalah alat. Ia netral. Yang membuatnya bermanfaat atau merusak adalah bagaimana manusia menggunakannya. Dakwah hadir sebagai konten yang bisa mengisi ruang-ruang digital dengan nilai kebaikan dan pencerahan.

Dengan internet, dakwah bisa menjangkau jutaan orang sekaligus. Tak terbatas ruang dan waktu. Kontennya pun bisa dalam berbagai bentuk: tulisan, video, podcast, infografik, dan lainnya.

Namun efektivitasnya tak hanya bergantung pada seberapa viral kontennya, tapi juga seberapa etis cara penyampaiannya.

Etika Dakwah Digital: Bukan Sekadar Baik, Tapi Bijak

Berikut ini beberapa prinsip dasar etika dakwah di era digital:

  • Sampaikan hanya yang dipahami dan dikuasai. Jangan menyebar informasi atau tafsir yang belum jelas kebenarannya.
  • Jangan memaksakan kehendak. Tugas kita menyampaikan, bukan memaksa.
  • Gunakan bahasa yang ramah dan mudah dipahami. Hindari istilah asing atau singkatan tidak umum.
  • Permudah, jangan mempersulit. Dakwah seharusnya menenangkan, bukan malah membingungkan.
  • Selaraskan ucapan dan tindakan. Kredibilitas muncul dari keteladanan.
  • Jangan mencela, mencaci, atau merendahkan pihak lain. Hormati perbedaan, tetap fokus pada pesan.
  • Jangan mencampuradukkan aqidah. Jaga kemurnian nilai-nilai yang disampaikan.
  • Ikhlas dan rendah hati. Hindari orientasi popularitas, views, atau like semata.
  • Sabar. Proses menyentuh hati orang tak instan.
  • Jauhi sifat ujub (merasa paling benar). Sikap ini justru jadi penghalang dakwah yang efektif.

Etika Berinternet Bagi Pendakwah

Berikut beberapa tips penting saat berdakwah atau beraktivitas dakwah di ruang digital:

  • Gunakan identitas yang jelas dan bertanggung jawab.
  • Jaga martabat pribadi. Jangan merasa bebas hanya karena tidak terlihat langsung.
  • Pahami bahwa yang kita ajak bicara adalah manusia, bukan sekadar akun.
  • Hormati privasi orang lain.
  • Hindari pelanggaran hukum dan konten provokatif.
  • Jangan menyalahgunakan grup diskusi atau platform dakwah untuk spam.
  • Hindari penggunaan huruf kapital berlebihan karena bisa dianggap “teriakan digital”.
  • Gunakan email dan media sosial secara bijak—misalnya, pakai BCC untuk menjaga privasi penerima.
  • Jangan mengirim file besar atau yang berpotensi mengandung virus.
  • Sederhanakan komunikasi. Lebih singkat, lebih jelas, lebih mengena.

Waktu Terus Berubah, Nilai Harus Dijaga

Dakwah digital bukan soal tren, tapi soal bagaimana menyampaikan nilai dengan cara yang relevan dan bertanggung jawab.

Dunia digital bisa jadi ladang pahala—kalau kita bisa mengisinya dengan konten yang bermanfaat, disampaikan dengan cara yang santun, dan tetap menjaga integritas.

Mari berdakwah dengan etika. Karena nilai yang baik, akan sampai lebih dalam jika disampaikan dengan cara yang bijak.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *