6 Thobiat Luhur, Uraian dan Dalil-Dalil yang Mendasarinya — Tabiat atau thobiat adalah kebiasaan atau perilaku yang seseorang lakukan secara teratur dan konsisten. Dan tabiat mampu membentuk karakter seseorang dan mempengaruhi cara mereka menjalani kehidupan sehari-hari.
Tabiat bisa mencakup berbagai hal, mulai dari kebiasaan sehari-hari seperti makan, tidur, dan berolahraga, hingga kebiasaan dalam berinteraksi dengan orang lain atau cara seseorang menyelesaikan tugas-tugas tertentu.
Menyoal pembentukan karakter, tentu saja semua orang menginginkan dirinya mampu mengembangkan semua hal yang baik, mulai dari sifat-sifat, nilai-nilai, dan kebiasaan. Sehingga membentuk identitas dan kepribadian yang ideal.
Faktor penentu lain yang mampu membantu pembentukan karakter yaitu keterlibatan pengalaman, interaksi dengan lingkungan serta orang-orang di sekitarnya, serta pembelajaran. Atas dasar itu, DPP LDII sudah merangkum pendidikan karakter tersebut yang disebut dengan 6 Thobiat Luhur.
6 Thobiat Luhur, Uraian dan Dalil-Dalil yang Mendasarinya
6 Thobiat Luhur adalah 6 karakter yang terdiri atas rukun, kompak, kerjasama yang baik, jujur, amanah, mujhid muzhid. Dan inilah 6 Thobiat Luhur, Uraian dan Dalil-Dalil yang Mendasarinya.
[1] Rukun
Poin pertama ini maksudnya, hidup rukun – yaitu sebuah keadaan atau kegiatan seseorang atau kelompok yang berinteraksi secara harmonis, damai, dan saling mendukung satu sama lain. Rukun mencerminkan kesatuan, kerjasama, dan toleransi antarindividu atau kelompok dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Dalam konteks keagamaan, “hidup rukun” dapat merujuk pada praktik-praktik keagamaan yang dipenuhi dengan kedamaian, toleransi, dan kasih sayang antarumat beragama. Ini termasuk penghormatan terhadap perbedaan keyakinan, penolakan terhadap ekstremisme, dan upaya untuk mempromosikan perdamaian dan persatuan di antara umat beragama.
Secara keseluruhan, kerukunan menggambarkan keadaan di mana individu atau kelompok mampu menjalin hubungan yang baik, mengatasi perbedaan, dan bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama demi kesejahteraan bersama.
Dalam konteks sosial, “hidup rukun” berarti kehidupan yang penuh dengan sikap saling menghargai, tolong-menolong, dan kebersamaan. Setiap orang perlu kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik, menyelesaikan konflik dengan bijaksana, serta membangun hubungan yang positif dengan orang lain di sekitar.
Di dalam Alquran, Alloh SWT., berfirman:
وَقَالَ اللهُ تَعَالَى : … وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى … الأية * سورة المائدة أية
“Dan tolong-menolonglah kalian semua atas kebaikan dan taqwa …” (QS. Al Maidah Ayat 2).
Di dalam hadits Shohih Sunan Bukhori, ada cerita sebagai berikut.
حَدَّثَنَا أَبُوْ نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا زَكَرِيَّاءُ عَنْ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُوْلُ سَمِعْتُ النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيْرٍ يَقُوْلُ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَرَى الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى عُضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى * رواه صحيح البخاري
“Nabi bersabda: Engkau (Nukman bin basyir) melihat orang-orang iman, mereka saling menyayanginya, saling menyenanginya, dan saling mengasihi, gambarannya sebagaimana satu tubuh, ketika satu anggota badannya sakit maka seluruh tubuh ikut merasakan sakit dengan tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Shohih Al Bukhori).
[2] Kompak
Dalam konteks sosial atau organisasional, “hidup kompak” sering kali merujuk kepada kondisi di mana anggota-anggota kelompok atau tim bekerja bersama dengan efektif, saling mendukung satu sama lain, dan memahami peran masing-masing dalam mencapai hasil yang mereka inginkan.
dalam Sunan At Tirmidzi terdapat cerita, sebagai berikut.
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْخَلَّالُ غَيْرَ وَاحِدٍ قَالُوْا حَدَّثَنَا أَبُوْ أُسَامَةَ عَنْ بُرَيْدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِيْ بُرْدَةَ عَنْ جَدِّهِ أَبِيْ بُرْدَةَ عَنْ أَبِيْ مُوسَى اْلأَشْعَرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا * رواه سنن الترمذي
“Dari Abi Musa Al Asy’ari berkata: Nabi bersabda: Orang Iman terhadap Orang Iman yang lain Sebagai mana bangunan yang saling memperkuat antara satu dengan yang lainnya.” (HR. Sunan At Tirmidzi).
Benang merahnya, hidup kompak adalah konsep yang telah LDII ajarkan yang menggambarkan kekuatan kolaborasi dan kebersamaan dalam mencapai tujuan bersama, baik dalam konteks sosial, organisasional, atau komunitas.
[3] Kerjasama yang Baik
Kerjasama yang baik melibatkan beberapa unsur yang penting untuk mencapai hasil yang optimal dalam situasi di mana individu atau kelompok bekerja bersama-sama. Berikut adalah beberapa ciri dari kerjasama yang baik:
- Keterbukaan dan Komunikasi yang Efektif: Anggota tim atau kelompok harus mampu berkomunikasi secara terbuka, jelas, dan efektif satu sama lain. Mereka harus dapat menyampaikan gagasan, pendapat, dan perasaan mereka dengan jujur dan tanpa rasa takut.
- Saling Menghargai: Kerjasama yang baik membutuhkan penghargaan terhadap perbedaan pendapat, keahlian, dan kontribusi setiap anggota. Ini berarti mengakui dan menghargai kontribusi individu serta memperlakukan semua anggota dengan hormat.
- Keterlibatan Aktif: Setiap anggota tim harus terlibat secara aktif dalam proses kerja sama. Mereka harus siap berpartisipasi, memberikan masukan, dan melakukan tugas-tugas yang diperlukan untuk mencapai tujuan bersama.
- Ketergantungan Positif: Anggota tim harus saling bergantung satu sama lain secara positif. Ini berarti mereka saling mendukung, membantu, dan memberikan dukungan ketika diperlukan.
- Kepemimpinan yang Mendorong Kolaborasi: Pemimpin atau pengelola tim harus mendorong budaya kerjasama yang baik dengan memberikan arahan yang jelas, memberikan dukungan, dan memfasilitasi komunikasi dan kerjasama antaranggota.
- Komitmen terhadap Tujuan Bersama: Semua anggota tim harus memiliki komitmen yang kuat terhadap mencapai tujuan bersama. Mereka harus fokus pada hasil akhir dan siap bekerja sama untuk mencapainya.
- Fleksibilitas dan Ketangkasan: Kerjasama yang baik membutuhkan fleksibilitas dan ketangkasan dalam menanggapi perubahan atau tantangan yang mungkin terjadi selama proses kerja sama.
Dengan menggabungkan semua unsur ini, kerjasama yang baik dapat menciptakan lingkungan di mana individu atau kelompok dapat bekerja bersama-sama dengan efektif dan produktif untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam Alquran, Alloh SWT., berfirman.
وَقَالَ اللهُ تَعَالَى : … وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ … الأية * سورة المائداة أية ۲
Alloh berfirman, “Dan tolong-menolonglah kalian atas kebaikan dan taqwa, dan janganlah kalian tolong-menolong atas dosa dan permusuhan.” (QS. Al Maidah Ayat 2).
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُوْا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوْا أَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِيْنَ * سورة الحجرات أية ٦
“Wahai orang-orang yang beriman, seandainya datang pada kamu sekalian orang fasek membawa berita, Maka mencarilah kejelasan (tentang kebenaran berita itu) agar kamu sekalian tidak melakukan tindakan pada suatu Qoum dengan kebodohan, Maka kamu sekalian menjadi orang – orang yang menyesal atas perbuatan kamu sekalian.” (QS. Al Hujurot Ayat 6).
حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ح وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحُسَيْنِ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حَفْصٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ خُبَيْبِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ قَالَ إبْنُ حُسَيْنٍ فِيْ حَدِيْثِهِ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ * رواه سنن أبو داود
“Dari Abu Hurairoh berkata: Nabi bersabda: Cukup bagi seseorang berdosa kalau dia bercerita dengan setiap yang di dengarnya.” (HR. Sunan Abu Daud).
وَحَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ مُعَاذٍ الْعَنْبَرِيُّ حَدَّثَنَا أَبِيْ ح وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ قَالاَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ خُبَيْبِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ * رواه صحيح مسلم في المقدمة
“Nabi bersabda: Cukup bagi seseorang berdusta kalau dia bercerita dengan setiap yang di dengarnya.” (HR. Muslim).
[4] Jujur
Jujur adalah sifat atau karakter yang mengacu pada kebenaran, dan integritas dalam perilaku dan komunikasi seseorang. Ini melibatkan kesediaan untuk berbicara dan bertindak sesuai dengan kenyataan, tanpa menyembunyikan atau mengubah fakta-fakta yang ada.
Sebagai sifat atau karakter, kejujuran mencerminkan integritas moral seseorang dan kemauan untuk hidup sesuai dengan prinsip-prinsip etika. Orang lain akan percaya dan mengandalkan serta menguatkan pada orang jujur.
Jujur bukan hanya tentang tidak berbohong, tetapi juga tentang mempertahankan kejujuran dalam segala situasi, bahkan ketika sulit atau tidak menguntungkan. Ini melibatkan transparansi dalam hubungan, kejujuran dalam komunikasi, dan integritas dalam tindakan.
Singkatnya, jujur berarti setiap orang harus bisa berkata yang baik, apa adanya, tidak berdusta, dan tidak menipu. Berdasarkan dalil:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصَّادِقِيْنَ * سورة التوبة ١١٩
“Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Alloh dan jadilah kalian bersama-sama orang yang benar (jujur).” (QS. At Taubah Ayat 119).
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبُوْ مُعَاوِيَةَ وَوَكِيْعٌ قَالاَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ ح وَحَدَّثَنَا أَبُوْ كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا أَبُوْ مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا اْلأَعْمَشُ عَنْ شَقِيْقٍ عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا * رواه صحيح مسلم
“Nabi bersabda: tetapilah kejujuran, maka sesungguhnya kejujuran itu menunjukkan pada perbuatan baik dan sesungguhnya perbuatan baik itu menunjukkan pada surga dan tidak henti-henti seorang laki-laki berbuat jujur dan sungguh-sungguh berusaha jujur sehingga ditulis di sisi Alloh sebagai orang yang ahli jujur, Dan kalian menjauhi pada dusta, maka sesungguhnya dusta menunjukkan pada kedurhakaan dan sesungguhnya kedurhakaan menunjukkan pada neraka, dan tidak henti-hentinya seorang laki-laki berbuat dusta dan mempersungguh berbuat dusta sehingga ditulis di sisi Alloh sebagai orang yang ahli dusta.” (HR. Shohih Muslim).
[5] Amanah
Secara harfiah, amanah dalam bahasa Arab berarti kepercayaan, kejujuran, dan integritas, ada beberapa ciri karakter orang yang amanah.
- Kehandalan dalam Melaksanakan Tugas: Orang yang amanah adalah individu yang dapat diandalkan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan tepat waktu. Mereka memegang teguh komitmen mereka untuk menyelesaikan pekerjaan dengan penuh dedikasi dan tanggung jawab.
- Integritas dan Kejujuran: Orang yang amanah adalah individu yang berintegritas tinggi dan jujur dalam segala hal. Mereka tidak mencuri, tidak berbohong, dan tidak menipu dalam tindakan atau komunikasi mereka. Mereka memegang teguh prinsip-prinsip moral dan etika.
- Pemeliharaan Rahasia: Orang yang amanah dapat dipercaya untuk menjaga rahasia dan informasi rahasia yang mereka ketahui. Mereka menghormati privasi dan kepercayaan orang lain dengan tidak mengungkapkan informasi yang dipercayakan kepada mereka tanpa izin.
- Konsistensi dalam Perilaku: Orang yang amanah menunjukkan konsistensi dalam perilaku mereka, baik dalam situasi yang menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan. Mereka tidak berubah-ubah atau bertindak dengan tidak konsisten tergantung pada keadaan.
- Tanggung Jawab dan Akuntabilitas: Orang yang amanah bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan mereka. Mereka siap menerima konsekuensi dari tindakan mereka dan tidak mencari kambing hitam atau alasan untuk menghindari tanggung jawab.
- Kerendahan Hati: Orang yang amanah memiliki sifat kerendahan hati dan tidak merasa lebih tinggi dari orang lain karena kepercayaan yang diberikan kepada mereka. Mereka menghargai kepercayaan tersebut dan bersikap rendah hati dalam hubungan dengan orang lain.
- Empati dan Pengertian: Selain itu, orang yang amanah juga dapat menunjukkan empati dan pengertian terhadap orang lain. Mereka memahami pentingnya menghormati perasaan, kebutuhan, dan perspektif orang lain dalam interaksi mereka.
Firman Alloh dalam Alquran dan sabda Nabi dalam Alhadits:
قَالَ اللهُ تَعَالَى : إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوْا اْلأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا … الأية * سورة النساء أية ٥٨
“Alloh yang maha luhur berfirman: Sesungguhnya Alloh memerintahkan kamu sekalian untuk mendatangkan Amanah pada yang pemiliknya.” (QS. An Nisa: Ayat 58).
قَالَ اللهُ تَعَالَى : … فَإِنْ أَمِنَ بَعْضُكُمْ بَعْضًا فَلْيُؤَدِّ الَّذِيْ اؤْتُمِنَ أَمَانَتَهُ وَلْيَتَّقِ اللهَ رَبَّهُ … الأية * سورة البقرة ٢٨۳
“Alloh yang maha luhur berfirman: Maka jika sebagian kalian mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang di percayai itu menyampaikan amanahnya dan hendaklah dia bertaqwa kepada Alloh sebagai Tuhannya.” (QS. Al Baqoroh Ayat 283).
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلاَءِ وَأَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ قَالاَ حَدَّثَنَا طَلْقُ بْنُ غَنَّامٍ عَنْ شَرِيْكٍ قَالَ إبْنُ الْعَلاَءِ وَقَيْسٌ عَنْ أَبِيْ حُصَيْنٍ عَنْ أَبِيْ صَالِحٍ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَدِّ اْلأَمَانَةَ إِلَى مَنْ ائْتَمَنَكَ وَلاَ تَخُنْ مَنْ خَانَكَ * رواه سنن أبو داود
“Dari Abu Hurairoh berkata: Nabi bersabda: Sampaikanlah amanah kepada orang yang memberi kepercayaan kepadamu dan janganlah mengkhiyanati orang yang mengkhiyanatimu.” (HR. Sunan At Tirmidzi).
[6] Mujhid Muzhid
Atau Kerja Mempeng Tirakat Banter”. Mujhid berarti Nyambut gawe mempeng (kerja giat bersemangat) berhasil dan kurup. Muzhid berarti tirakat banter, hidup hemat, gemi, setiti ati-ati, tidak boros, mampu mengukur antara kemauan dan kemampuan.
Berdasarkan sabda Rasululloh SAW., dalam Alhadits:
… قَالَ قَدْ أَفْلَحَ الْمُزْهِد … الحديث * رواه أحمد
“Nabi bersabda: Sungguh beruntung orang yang hidup hemat bekerja keras.” (HR. Ahmad).
Alhamdulillah Jazaakumullohukhoyro
Aamiin semoga menjadi hal yang bermanfaat yang barokah