Contoh Post Truth dalam Kehidupan Sehari-hari
Contoh Post Truth dalam Kehidupan Sehari-hari—Istilah “post-truth” sudah masyarakat pergunakan sejak lama, tepatnya pada tahun 1992 dengan Steve Tesich sebagai pelopornya.
Dalam tulisannya “The Government of Lies” yang diterbitkan di majalah The Nation, ia menyatakan, “Kita sebagai manusia bebas memiliki kebebasan untuk menentukan apakah kita ingin hidup di dunia post-truth.” Pada saat itu, Tesich menggunakan istilah ini untuk membahas isu Perang Teluk dan Iran.
Pada tahun 2004, Ralph Keyes dalam bukunya The Post-Truth Era, bersama komedian Stephen Colbert, membahas konsep yang serupa dengan istilah “truthiness.”
Kata ini merujuk pada sesuatu yang tampak benar, namun sebenarnya tidak benar sama sekali. Istilah post-truth mencapai puncaknya pada tahun 2016, yang dipicu oleh dua peristiwa besar: keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) dan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat.
Pada tahun tersebut, post-truth bahkan dinobatkan sebagai Word of the Year oleh kamus Oxford. Oxford mendefinisikan post-truth sebagai situasi di mana fakta tidak lagi berpengaruh besar dalam membentuk opini publik dibandingkan dengan emosi dan keyakinan pribadi.
Tidak bisa disangkal bahwa media sosial telah mempercepat dan memperluas arus informasi. Setiap menit, terdapat pembaruan berupa status atau unggahan baru yang membuat masyarakat semakin kecanduan terhadap smartphone.
Contoh Post Truth dalam Kehidupan Sehari-hari
Informasi berkembang begitu cepat, sehingga jika kita meninggalkan gawai yang kita punya —selama tiga jam saja, sudah ada video atau berita viral yang baru.
Inti dari semua ini adalah: saat ini, perputaran informasi bergerak dengan sangat cepat, berubah, berkembang, dan tersebar dengan cepat. Arus informasi ini dimanfaatkan oleh penyebar kebohongan untuk membuat publik percaya bahwa kebohongan tersebut adalah kebenaran.
Inilah bahaya dari post-truth: kita menjadi kesulitan membedakan mana informasi yang benar dan mana yang tidak. Post-truth umumnya dimanfaatkan untuk kepentingan politik dan sering kali terkait dengan penyebaran berita hoaks.
Korban utamanya adalah orang-orang yang tidak teliti dalam menyaring informasi. Dengan menyebarkan bibit-bibit hoaks di tengah derasnya arus informasi, orang-orang cenderung menganggap bahwa berita tersebut benar.
Terlebih lagi jika ada akun-akun bayaran yang sengaja memperkuat dan mempromosikan berita hoaks tersebut. Akibatnya, banyak dari kita semakin mempercayai informasi yang salah.
Kesimpangsiuran informasi dan kesulitan dalam membedakan fakta dan hoaks sedikit banyak menyebabkan keraguan terhadap validitas sumber informasi.
Sikap skeptis dan selalu mempertanyakan keabsahan suatu informasi merupakan langkah yang bijak untuk menghadapi era post-truth ini.
Contoh Post Truth dalam Kehidupan Sehari-hari
Contoh penyalahgunaan informasi sebagai bagian dari fenomena post-truth di Indonesia seringkali terjadi di sekitar isu politik, kesehatan, dan agama.
Beberapa kasus menonjol yang menunjukkan bagaimana informasi diputarbalikkan untuk memanipulasi opini publik antara lain:
- Isu Pemilu dan Politik: Menjelang pemilu 2024, berbagai hoaks tentang kandidat politik dan partai semakin marak di media sosial. Informasi yang salah, seperti dugaan keterlibatan pihak luar negeri dalam pemilihan, sering kali disebarkan untuk mempengaruhi opini publik tanpa dasar fakta yang jelas. Ini adalah bentuk nyata dari post-truth, di mana emosi dan keyakinan pribadi lebih mempengaruhi opini dibandingkan fakta yang sebenarnya.
- Hoaks Kesehatan: Isu-isu kesehatan, seperti pandemi COVID-19 dan vaksinasi, sering menjadi sasaran misinformasi. Contoh ekstrem terjadi selama pandemi, ketika berita palsu tentang vaksin dan COVID-19 menyebar luas di Indonesia, menyebabkan banyak orang enggan mendapatkan vaksinasi karena percaya pada informasi yang tidak valid. Hal ini masih terus berlanjut dengan misinformasi terkait kesehatan lainnya di media sosial.
- Agama dan Kerusuhan Sosial: Berita palsu tentang agama sering kali menyebabkan konflik sosial. Salah satu contoh yang tragis adalah hoaks mengenai penculikan anak di Wamena, Papua, yang berujung pada kerusuhan dan menewaskan beberapa warga sipil pada tahun 2023. Informasi yang belum terverifikasi menyebar dengan cepat dan memicu kepanikan serta tindak kekerasan.
- Pembangunan Ibu Kota Baru (Nusantara): Seputar pembangunan Ibu Kota Nusantara juga muncul banyak hoaks, misalnya dugaan penggunaan dana haji untuk pembiayaan proyek ini, atau keterlibatan tenaga kerja asing secara berlebihan, yang dimaksudkan untuk menimbulkan ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah. Misinformasi ini secara langsung mempengaruhi persepsi masyarakat terkait proyek nasional tersebut.
Contoh Post Truth dalam Kehidupan Sehari-hari
DPP LDII, melalui pelatihan jurnalistik dan peningkatan literasi digital, berusaha mengantisipasi dampak dari post-truth dengan menekankan pentingnya memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya.
Generasi muda diharapkan bisa menjadi jurnalis yang berpegang pada kode etik jurnalistik dan mampu menyaring berita-berita palsu yang sering muncul di media sosial.
Langkah yang diambil oleh DPP LDII dalam menghadapi fenomena post-truth ini menjadi model yang diikuti oleh tingkatan organisasi lebih rendah, mulai dari DPW (Dewan Pimpinan Wilayah), DPD (Dewan Pimpinan Daerah), hingga PC (Pimpinan Cabang) dan PAC (Pimpinan Anak Cabang).
Seluruh jenjang tersebut mendapat arahan untuk turut serta dalam menyebarkan informasi yang akurat dan mendorong literasi digital di kalangan masyarakat.
Melalui pelatihan-pelatihan jurnalistik, setiap level organisasi LDII berperan dalam menanamkan prinsip-prinsip jurnalisme positif, dengan fokus pada fakta dan kode etik yang ketat.
Penerapan ini mencakup kerja sama antarorganisasi dalam menyaring informasi yang beredar di media sosial dan media massa, memastikan bahwa publik hanya menerima konten yang telah terverifikasi.
Tujuan utamanya adalah untuk melawan penyebaran hoax dan misinformasi yang dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap media dan lembaga sosial.
Di samping itu, DPP LDII mendorong setiap level untuk memanfaatkan jaringan media internal seperti LDII News Network (LINES), yang dikelola secara profesional untuk menyebarluaskan berita positif dan kontribusi organisasi di berbagai platform digital.