Contoh Post Truth di Media Sosial dan Dampaknya Terhadap Masyarakat
Contoh Post Truth di Media Sosial dan Dampaknya Terhadap Masyarakat—Fenomena post-truth mengacu pada situasi di mana fakta objektif kurang berpengaruh dalam membentuk opini publik dibandingkan emosi dan keyakinan pribadi.
Dalam konteks Indonesia, post-truth sering terlihat dalam berbagai isu di media sosial, terutama yang berkaitan dengan politik, agama, atau kontroversi sosial.
Salah satu contoh post-truth di Indonesia yang hari ini marak —terlihat jelang Pemilu 2024. Banyak misinformasi beredar di media sosial, seperti klaim bahwa surat suara sudah dicoblos atau adanya TKA (Tenaga Kerja Asing) Cina yang berpartisipasi dalam pemilihan.
Informasi-informasi ini, meskipun salah, tetap dipercaya oleh sebagian besar masyarakat, yang dipicu oleh keyakinan emosional dibandingkan fakta.
Dampaknya adalah menurunnya kepercayaan publik terhadap lembaga-lembaga seperti KPU, serta meningkatnya polarisasi politik dan sosial
Mengantisipasi bahaya post-truth menjadi perhatian utama LDII dalam menyikapi dinamika informasi di era digital. Rulli Kuswahyudi, Ketua DPP LDII Bidang Komunikasi, Informasi, dan Media (KIM), menekankan bahwa fenomena post-truth sering kali menciptakan kesalahpahaman publik akibat penyebaran informasi yang tidak terverifikasi.
Contoh Post Truth di Media Sosial dan Dampaknya Terhadap Masyarakat
Dari banyaknya pandangan dan strategi yang harus masyarakat sikapi, berikut ini 5 (lima) hal penting dari LDII dalam menyikapi isu post truth.
1. Memperkuat Literasi Digital
Dalam menghadapi era digital, kemampuan memilah informasi sangat krusial. LDII mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, untuk lebih cerdas dalam mengonsumsi informasi.
Literasi digital berfungsi sebagai benteng utama dalam menyaring berita hoax dan misinformasi. Melalui berbagai pelatihan jurnalistik, LDII berupaya membekali jurnalis muda dengan keterampilan untuk mengecek fakta, serta kemampuan menggunakan media sosial dengan bijak.
Penting untuk selalu memverifikasi sumber informasi sebelum mempercayainya, apalagi sebelum menyebarkannya ke orang lain.
2. Mengedepankan Jurnalisme Positif
LDII menekankan bahwa jurnalisme yang baik harus selalu berdasarkan pada prinsip-prinsip etika, objektivitas, dan kebenaran.
Berita yang dihasilkan harus memiliki dampak positif bagi masyarakat, dan bukan hanya mengejar sensasi. Jurnalis diharapkan mampu mengemas kegiatan yang relevan dan bermanfaat bagi khalayak, bukan hanya menarik perhatian tetapi juga menambah nilai bagi pembacanya.
Dalam hal ini, LDII berfokus pada penyebaran berita yang membangun, baik melalui media konvensional maupun digital.
3. Memanfaatkan Jaringan Media untuk Informasi Akurat
LDII memanfaatkan jaringan media internalnya, LDII News Network (LINES), untuk menyebarkan informasi yang akurat mengenai kegiatan-kegiatan organisasi. Dengan mengelola berbagai platform media sosial seperti YouTube, Instagram, Facebook, hingga TikTok, LINES berperan besar dalam mendistribusikan konten digital yang terpercaya. Rulli Kuswahyudi menyatakan bahwa generasi muda harus mengambil peran aktif dalam jaringan ini, karena mereka merupakan motor penggerak di era digital.
4. Menjaga Kredibilitas dan Transparansi Informasi
Untuk menghadapi post-truth, LDII menekankan pentingnya menjaga kredibilitas dalam setiap informasi yang disebarkan. Jurnalis maupun pengguna media sosial di lingkungan LDII didorong untuk selalu berpegang pada kode etik jurnalistik yang mengutamakan kejujuran, ketepatan, dan transparansi. Informasi yang disampaikan haruslah berlandaskan data dan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan, sehingga mampu membangun kepercayaan di kalangan masyarakat luas.
5. Mengoptimalkan Peran Generasi Muda
Dalam menghadapi banjir informasi di era post-truth, LDII juga mendorong generasi muda untuk lebih aktif dalam memanfaatkan media sosial secara positif. Mereka bisa berperan dalam menyebarkan konten edukatif dan konstruktif, yang sesuai dengan nilai-nilai kebenaran dan moral. Dalam pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan, generasi muda diajak untuk berkarya melalui media sosial dengan tujuan menyebarkan amal saleh, namun tetap mengedepankan profesionalitas dalam penyampaian informasi.
Dengan pendekatan ini, LDII berupaya memastikan bahwa setiap informasi yang disebarkan tidak hanya membawa kebenaran, tetapi juga bermanfaat dan berdampak positif bagi masyarakat luas.