Definisi dan Praktik Mujhid-muzhid dalam Kehidupan Sehari-hari—Apa itu Mujhid-Muzhid?
Mujhid-Muzhid adalah kalimat berbahasa Arab yang berarti bekerja keras dan mempersungguh ibadah, dalam bahasa Jawa disebut “kerjo mempeng, tirakat banter.”
Maksudnya adalah berusaha mengoptimalkan kemampuan baik pikiran, tenaga, maupun usaha yang digeluti, termasuk apakah usahanya halal atau haram. Selain itu, juga memikirkan pemasukan dan pengeluaran.
Muzhid berarti, selain mempersungguh usaha dan memikirkan pemasukan serta pengeluaran, juga dibarengi dengan ibadah yang sungguh-sungguh.
Cost Awareness (Sadar Biaya)
Keharusan mujhid-muzhid tidak hanya untuk golongan menengah ke bawah, tetapi berlaku untuk semua strata kehidupan ekonomi. Hanya tingkatannya saja yang berbeda.
Makan sate seminggu sekali bagi si A mungkin sudah dikategorikan israf (berlebihan atau boros), tetapi tidak bagi si B, karena strata ekonominya berbeda. Ada sebuah ungkapan yang berbunyi, “Jika Anda tidak menghargai uang satu rupiah, maka Anda tidak akan bisa menghargai uang seribu rupiah.”
Kenali Mujhid-Muzhid Sejak Dini
Kunci Mujhid-Muzhid dari sisi keuangan adalah ketika kita benar-benar sudah sadar dengan masalah keuangan.
Untuk menguji apakah kita sudah sadar biaya, mari kita jawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
Bagi seluruh penghuni rumah:
– Apakah tahu jumlah tagihan PAM, PLN? (ya/tidak)
– Apakah ada pembatasan lama beli pulsa untuk masing-masing HP anggota keluarga? (ya/tidak)
– Apakah ada pembagian tugas setiap malam sebelum tidur antar anggota keluarga, untuk memastikan keran air PAM sudah tertutup atau belum, serta listrik sudah dipadamkan? (ya/tidak)
– Apakah ada jadwal mematikan TV atau benda lainnya di luar waktu salat dan belajar? (ya/tidak)
– Apakah secara rutin (misalnya setahun sekali) mengadakan inventarisasi stok barang-barang bekas untuk dijual? (ya/tidak)
Bagi yang sudah bekerja:
– Apakah infaq sedekah lancar? (ya/tidak)
– Apakah berencana berwirausaha atau memiliki usaha sendiri? (ya/tidak)
– Apakah disiplin menabung? Apakah memiliki cara lain untuk menambah penghasilan? (ya/tidak)
Bagi pelajar atau mahasiswa:
– Tahukah rincian biaya sekolah per bulan? (ya/tidak)
– Pernahkah memikirkan pos pengeluaran mana yang bisa dihemat? (ya/tidak)
– Cukupkah uang saku yang diberikan orang tua setiap bulan? (ya/tidak)
– Apakah melakukan usaha sambilan untuk belajar mencari uang? (ya/tidak)
Bagi pengendara kendaraan bermotor:
– Apakah tahu harga bahan bakar per liter? (ya/tidak)
– Apakah tahu penggunaan bahan bakar kendaraan per kilometer? (ya/tidak)
– Apakah tahu harga berbagai jenis oli mesin? (ya/tidak)
– Apakah tahu ada zat aditif untuk menghemat bahan bakar? (ya/tidak)
– Apakah tahu bengkel-bengkel yang baik dan murah? (ya/tidak)
Jika jawabannya lebih banyak “tidak” atas pertanyaan-pertanyaan di atas, itu artinya kita masih belum sadar biaya. Masih banyak sikap yang harus kita perbaiki untuk menuju tingkat Mujhid-Muzhid.
Definisi dan Praktik Mujhid-muzhid dalam Kehidupan Sehari-hari
Mujhid-Muzhid mengajarkan pentingnya bekerja keras dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah, termasuk dalam hal mengelola keuangan. Kesadaran akan biaya (cost awareness) harus diterapkan oleh semua lapisan masyarakat, tanpa memandang strata ekonomi.
Hal ini penting agar setiap individu lebih bijaksana dalam pengeluaran dan pemasukan, serta mampu menyesuaikan gaya hidup dengan keadaan finansial masing-masing.
Menyadari pengeluaran sekecil apapun, seperti tagihan rumah tangga dan kebutuhan sehari-hari, adalah langkah awal menuju pengelolaan keuangan yang lebih baik dan penerapan prinsip Mujhid-Muzhid.
Jika kita tidak menyadari pentingnya hal-hal kecil seperti itu, maka kita masih belum sepenuhnya sadar biaya. Maka dari itu, kesadaran dan disiplin dalam mengelola keuangan serta mengoptimalkan usaha diiringi dengan ibadah yang sungguh-sungguh akan membantu mencapai kehidupan yang lebih seimbang dan penuh berkah.