DPP LDII Gelar Sekolah Virtual Kebangsaan: Perkuat Nilai Keagamaan dan Kebangsaan

DPP LDII Gelar Sekolah Virtual Kebangsaan: Perkuat Nilai Keagamaan dan Kebangsaan

DPP LDII Gelar Sekolah Virtual Kebangsaan: Perkuat Nilai Keagamaan dan Kebangsaan

DPP LDII Gelar Sekolah Virtual Kebangsaan: Perkuat Nilai Keagamaan dan Kebangsaan—Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPP LDII) mengadakan sesi perdana “Sekolah Virtual Kebangsaan (SVK)” secara hybrid.

Acara ini menghadirkan KH. Syamsul Ma’arif, Ketua PWNU DKI Jakarta, sebagai narasumber utama, yang membahas nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan untuk memperkuat harmoni dalam keberagaman.

Peran Ormas dalam Menguatkan Nilai Keagamaan

KH. Syamsul Ma’arif menekankan pentingnya peran organisasi kemasyarakatan (ormas) dalam memperkuat “amrin diniyin”, atau nilai-nilai keagamaan, di tengah masyarakat.

Menurutnya, perbedaan adalah kehendak Allah SWT yang harus diterima dengan bijaksana.

“Allah SWT dapat menyatukan umat manusia dalam satu keyakinan jika berkehendak. Namun, Allah mengizinkan perbedaan sebagai ujian, sehingga kita harus memaknainya dengan hikmah,” ujar Syamsul.

Ia menjelaskan bahwa agama memiliki dua aspek utama:

  • Ushul (Prinsip): Nilai-nilai dasar seperti keimanan, ketuhanan, dan keyakinan kepada Allah SWT yang tidak boleh diperdebatkan.
  • Furu’ (Cabang): Hal-hal teknis yang dapat menimbulkan perbedaan pendapat, seperti interpretasi ajaran agama.

Kesatuan dalam Kebangsaan

KH. Syamsul menegaskan bahwa prinsip-prinsip kebangsaan seperti kesatuan negara, Pancasila, konstitusi, dan persatuan dalam kebinekaan adalah fondasi yang tidak boleh diperdebatkan.

Di sisi lain, perbedaan pandangan politik praktis masuk dalam ranah furu’ yang masih bisa ditoleransi.

“Kita bebas memilih pemimpin sesuai keyakinan masing-masing, namun harus menjaga persatuan bangsa. Demokrasi harus dilaksanakan dengan damai dan bertanggung jawab,” jelasnya.

Teladan Lembaga dan Ormas dalam Demokrasi

Syamsul mengingatkan bahwa lembaga dan ormas berperan penting sebagai contoh dalam menegakkan nilai-nilai kebangsaan. Ia juga mengimbau agar masyarakat memilih pemimpin dengan pendekatan basyiroh (mata hati), bukan bisyaroh (mata uang).

“Pemimpin yang baik adalah kunci keberhasilan masyarakat. Baiknya ulama dan umaro (pemimpin pemerintahan) akan membawa kebaikan bagi masyarakat. Sebaliknya, jika keduanya rusak, masyarakat akan menderita,” tegasnya.

BACA JUGA:  Prestasi Octariyana: Dosen Inovatif di Ajang Anugerah Inovator Sumsel 2024

LDII: Jembatan Pemahaman Nilai Kebangsaan

Melalui program Sekolah Virtual Kebangsaan, LDII berharap menjadi fasilitator bagi generasi bangsa untuk memahami dan mengamalkan nilai-nilai kebangsaan.

Acara ini sekaligus meneguhkan komitmen LDII dalam menjaga harmoni dalam keberagaman dan mendukung proses demokrasi yang sehat dan damai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *