Dr. Edwin Senjaya, SE., MM., Bahas Penta Helix dan Nilai Siliwangi di Musda DPD LDII Kota Bandung
Dr. Edwin Senjaya, SE., MM., Bahas Penta Helix dan Nilai Siliwangi di Musda DPD LDII Kota Bandung—DPD LDII Kota Bandung berhasil menggelar Musyawarah Daerah (Musda) ke-8 pada Sabtu, 26 Oktober 2024, bertempat di Hotel Grand Preanger, Bandung.
Kegiatan ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, antara lain Ketua DPW LDII Jawa Barat dan jajarannya, pimpinan DPRD Kota Bandung, PJ Wali Kota yang diwakili oleh Kabagkesra Kota Bandung, perwakilan Kementerian Agama, tokoh masyarakat dan agama, serta unsur TNI, Polri, serta pengurus PC dan PAC LDII se-Kota Bandung.
Pimpinan DPRD Kota Bandung, Dr. Edwin Senjaya, SE., MM, menyampaikan apresiasinya atas pelaksanaan Musda ini dan memberikan pandangannya mengenai peran LDII dalam masyarakat Kota Bandung.
Dalam sambutannya, Edwin mengatakan, “Saya merasakan bahwa kiprah LDII semakin nyata dirasakan di tengah-tengah masyarakat.”
Ia mengungkapkan harapan agar kerja sama antara LDII dan pemerintah dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.
“Khususnya di Kota Bandung, saya berharap kerja sama ini dapat terus berlanjut di masa mendatang. LDII merupakan aset yang sangat berarti bagi Pemerintah Kota Bandung, terutama dalam mendukung pelaksanaan program yang berkelanjutan,” tambahnya.
Selain itu, Edwin membahas konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang sejalan dengan teori penta helix.
“Ada teori yang disebut penta helix yang menjelaskan bahwa untuk mencapai pembangunan yang sukses, diperlukan kolaborasi dan sinergi dari lima unsur utama: pemerintah, pelaku usaha, media, akademisi, dan masyarakat,” ujar Edwin.
Ia menekankan bahwa LDII termasuk dalam unsur masyarakat yang memiliki peran penting dalam mendukung sinergi tersebut.
Dr. Edwin Senjaya, SE., MM., Bahas Penta Helix dan Nilai Siliwangi di Musda DPD LDII Kota Bandung
Edwin juga menyampaikan pandangan filosofis yang diambil dari nilai-nilai Siliwangi. Mengutip pepatah leluhur, ia mengatakan, “Nu jauh urang deukeutkeun, nu deukeut urang paheutkeun, nu geus paheut urang layeutkeun, nu geus layeut urang silih wangikeun.”
Dalam terjemahan, ia menjelaskan, “Yang jauh kita dekatkan, yang sudah dekat kita kuatkan, yang sudah kuat kita eratkan, dan yang sudah erat kita saling mengharumkan satu sama lain.”
“Saling mengasah (silih asah), mengasihi (silih asih), dan saling menjaga (silih asuh), tetap teguh dalam tradisi (panceg dina galur), akur dengan saudara (akur jeung dulur), bersama mengharumkan kampung halaman (silih wangikeun),” sambungnya.
Pandangan ini mempertegas bahwa LDII, menurut Edwin, bukan hanya organisasi keagamaan, tetapi juga bagian dari ekosistem pembangunan yang aktif bekerja sama dengan berbagai sektor untuk mewujudkan masyarakat yang lebih maju, harmonis, dan berkelanjutan.