Generasi Berkarakter Kuat melalui Pendidikan Pesantren: Motivasi dan Inspirasi dari DPD LDII Muba
“Manusia tetap dalam kebaikan selama generasi muda belajar pada generasi awal. Ketika generasi awal telah wafat dan generasi muda belum sempat belajar, maka rusaklah manusia,” ungkap Salman Al-Farisi, menggambarkan pentingnya regenerasi ilmu dan akhlak.
Sebagai wujud komitmen dalam pembentukan generasi penerus yang religius dan profesional, DPD LDII Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) menggelar pengajian dengan tema khusus Motivasi bagi Orang Tua dan Calon Santri. Acara berlangsung di Aula Masjid Al-Huda, Kayuara, pada 31 Mei 2024.
Dalam paparannya, Wakil Penasehat DPD LDII Muba, H. Agus Wahyudi, menjelaskan pentingnya pendidikan pesantren sekaligus memaparkan keutamaan menjadi santri.
Beberapa alasan utama yang disampaikan meliputi; Pembentukan karakter yang kuat, Pendidikan agama langsung dari ulama berkompeten, Lingkungan belajar yang kondusif, Latihan kemandirian sejak dini, Memperkuat ukhuwah Islamiyah, Mengasah potensi diri santri, Memperoleh pengalaman dan wawasan luas.
“Pendidikan yang intensif di pesantren juga menanamkan kedisiplinan. Santri terbiasa hidup teratur, termasuk membiasakan tepat waktu dalam keseharian mereka,” ujar Agus Wahyudi.
Selain pengajian, turut diadakan sosialisasi mengenai pentingnya pendidikan berbasis pesantren. Pembina Pondok Pesantren Taufiqurrahman Sungai Lilin, Ust. Khoiruddin dan Ust. Yus Rustandi, memberikan paparan di Masjid Miftahul Huda, Balai Agung.
“Kami sebagai pengasuh Pondok Pesantren Taufiqurrahman terus berikhtiar meningkatkan fasilitas dan mutu pendidikan di pondok ini,” tutur Ust. Khoiruddin.
Beliau juga menambahkan bahwa pembentukan karakter santri didasarkan pada enam nilai yang disebut 6 Tabiat Luhur, yakni:
- Jujur,
- Amanah,
- Kerja keras dan hemat,
- Rukun,
- Kompak, dan
- Bisa bekerja sama dalam kebaikan.
Ketua LDII Balai Agung, Gustar, turut memberikan apresiasi atas meningkatnya minat generasi muda dalam mengikuti pendidikan pesantren.
“Alhamdulillah, semakin banyak anak-anak kita yang melanjutkan pendidikan formal sambil mondok. Hal ini tidak terlepas dari dukungan para orang tua yang menginginkan anak-anak mereka menjadi generasi penerus yang profesional dan religius,” ujar Gustar.
Beliau menutup dengan harapan besar agar para santri mampu menjadi pribadi berkarakter luhur, alim dalam ilmu agama, dan faqih, yaitu memiliki kemampuan untuk menyelaraskan antara ilmu dan amal perbuatan.