Hakikat Harta Sejati Menurut Islam: Tiga Jenis yang Hakiki
Hakikat Harta Sejati Menurut Islam: Tiga Jenis yang Hakiki—Manusia sering terbuai oleh keinginan menumpuk harta benda, namun Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa tidak semua harta yang dimiliki manusia benar-benar bermanfaat baginya. Hanya tiga jenis harta yang menjadi milik sejati:
- Makanan yang telah dimakan hingga habis.
- Pakaian yang telah dipakai hingga rusak.
- Harta yang disedekahkan di jalan Allah (Sabilillah).
Selebihnya, harta itu akan kita tinggalkan, rusak, atau tidak membawa manfaat di akhirat. Dalam hadits dari Muthorif yang diriwayatkan oleh ayahnya, Rasulullah ﷺ bersabda:
قَالَ: وَهَلْ لَكَ، يَا ابْنَ آدَمَ مِنْ مَالِكَ إِلَّا مَا أَكَلْتَ فَأَفْنَيْتَ، أَوْ لَبِسْتَ فَأَبْلَيْتَ، أَوْ تَصَدَّقْتَ فَأَمْضَيْتَ؟
“Anak Adam berkata: ‘Ini hartaku, ini hartaku,’ padahal tidak ada harta bagimu kecuali apa yang telah kamu makan hingga habis, atau pakaian yang telah kamu pakai hingga rusak, atau apa yang telah kamu sedekahkan maka itu akan terus kamu nikmati.” (HR. Muslim, No. 2958).
Keutamaan Infak Fii Sabilillah
Allah mengibaratkan infak di jalan-Nya sebagai benih yang berkembang berlipat ganda:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan harta mereka di jalan Allah seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap tangkai terdapat seratus biji. Dan Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.” (Surat Al-Baqarah: 261).
Infak berbeda dengan zakat. Jika zakat memiliki aturan spesifik terkait nisab dan waktu pembayaran, maka infak bersifat lebih luas dan dapat dilakukan kapan saja, berapa pun besarannya, sebagai wujud syukur atas rezeki yang Allah berikan.
Allah juga memperingatkan agar kita berinfak sebelum ajal menjemput:
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ
“Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata, ‘Ya Tuhanku, seandainya Engkau menunda (kematianku) sebentar saja, niscaya aku akan bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.'” (Surat Al-Munafiqun: 10).
Infak: Ciri Utama Orang Bertakwa
Orang bertakwa tidak hanya menginfakkan hartanya dalam keadaan lapang, tetapi juga di saat sulit. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ * الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“Berlomba-lombalah kamu untuk mendapatkan ampunan dari Tuhanmu dan Surga yang luasnya (sama dengan) langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, serta mampu menahan amarah dan memaafkan manusia.” (Surat Ali Imran: 133-134).
Pesan Penting
Harta yang kita miliki adalah titipan dari Allah. Menginfakkannya di jalan Allah adalah investasi yang abadi. Manusia yang cerdas memahami bahwa hakikat kepemilikan bukan tentang apa yang terkumpul, tetapi apa yang dibagikan untuk meraih keridhaan Allah.