Kabar Baik:

Harganas 2024: Membangun Keluarga Kuat untuk Indonesia Maju

LDII PC Soreang Ucapan HARGANAS 29 Juni 2024

Harganas 2024: Membangun Keluarga Kuat untuk Indonesia Maju — Pada tahun lalu (2023) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) turut berpartisipasi dalam peringatan Hari Keluarga Nasional, yang mengusung tema “Menuju Keluarga Bebas Stunting untuk Indonesia Maju.”

LDII berperan aktif dalam berbagai kegiatan yang mendukung tema tersebut, salah satunya adalah dengan memberikan edukasi tentang pentingnya gizi seimbang dan pola asuh yang baik untuk mencegah stunting pada anak-anak.

Ketua Umum DPP LDII, Ir. KH. Chriswanto Santoso, MSc., menegaskan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki peran besar dalam pembinaan generasi penerus. LDII menekankan pentingnya pendidikan keluarga dalam aspek budi pekerti, keilmuan, dan kesehatan sejak usia dini hingga dewasa.

Salah satu inisiatif LDII adalah kampanye tanaman obat keluarga yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan keluarga secara mandiri. Selain itu, Dr. Siti Nurannisaa Parama Bekti dari LDII juga menekankan pentingnya edukasi berkala tentang gizi dan kesehatan keluarga.

Harapannya hal ini dapat menumbuhkan perilaku yang mendukung tumbuh kembang anak secara optimal, khususnya dalam mencegah stunting, yang menjadi salah satu fokus utama dalam peringatan Harganas tahun ini.

LDII juga aktif mendukung kegiatan Harganas melalui berbagai program dan advokasi di tingkat rumah tangga dan komunitas, menunjukkan komitmennya dalam membangun keluarga yang kuat dan sehat sebagai landasan kemajuan bangsa.

Harganas 2024: Membangun Keluarga Kuat untuk Indonesia Maju

Peringatan ini berawal dari penyerahan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada 22 Juni 1949. Seminggu kemudian, pada 29 Juni 1949, para pejuang pulang dan kembali kepada keluarga mereka.

Berdasarkan kutipan dari laman BKKBN, meskipun Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tahun 1945, situasinya tidak langsung normal sehingga rakyat masih berjuang mempertahankan kemerdekaan. Wajib militer membuat mereka harus berpisah dengan keluarga. Pada 22 Juni 1949, Belanda menyerahkan kedaulatan, dan pada 29 Juni 1949, para pejuang kembali kepada keluarga mereka.

BACA JUGA:  Mahawib: LDII Menerapkan Ajaran Islam sesuai dengan Alquran dan Hadis

Namun, tidak semua pejuang kembali dengan selamat. Keinginan menggantikan keluarga yang hilang akibat perang dan minimnya pengetahuan tentang usia perkawinan membuat pernikahan dini massif, meningkatkan angka kematian ibu dan bayi.

Harganas terbentuk untuk mengingatkan masyarakat Indonesia akan pentingnya keluarga. Keluarga berperan besar dalam memperkuat ketahanan nasional dan mewujudkan persatuan bangsa. Setiap tahun, Harganas mengusung tema berbeda. Tahun ini, temanya adalah “Keluarga Keren Cegah Stunting”.

Dengan tema stunting, semua pihak berharap masyarakat menyadari bahwa stunting bukan persoalan sepele. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi, yang berdampak pada pertumbuhan otak dan risiko kesehatan lainnya.

Waktu itu, Ketua DPP LDII, Dr. Siti Nurannisaa Parama Bekti, S.Sn, MPd, menyatakan bahwa pengetahuan keluarga sangat berpengaruh pada perilaku pengaturan kesehatan dan gizi.

“Edukasi berkala tentang fungsi keluarga dapat menumbuhkan pola asuh dan praktik yang mengedepankan pengetahuan gizi serta tumbuh kembang anak sejak masa kehamilan hingga 1.000 hari pertama kehidupan,” ujarnya.

Asupan gizi yang baik pada masa tersebut berdampak pada perkembangan otak dan fisik, produktivitas, dan kreativitas yang optimal.

“Pemberdayaan keluarga untuk membangun pola makan gizi seimbang dan kesehatan sejak dini bisa menjadi upaya mencegah stunting dan menjadi karakter yang sadar pada kesehatan dan gizi di generasi berikutnya,” tambah Siti Nurannissa.

LDII memandang bahwa bangsa yang kuat berasal dari generasi penerus yang terbina dengan baik. “Keluarga adalah kelompok terkecil dan terdekat dalam pembinaan generasi penerus yang saling berinteraksi selama 24 jam dalam 7 hari,” tegas Ketua Umum DPP LDII, Ir. KH. Chriswanto Santoso, MSc.

Harganas 2024: Membangun Keluarga Kuat untuk Indonesia Maju

“Keluarga adalah pendidik pertama dan utama. Sehingga perkembangan generasi sangat dipengaruhi oleh keluarga,” lanjut Chriswanto. LDII menerapkan pembinaan keluarga dalam beberapa

BACA JUGA:  Asrama Pengajian Al-Qur’an di Desa Gunung Ulin: Mencetak Generasi Religius dan Berkarakter Luhur

aspek dan tingkatan, mulai dari budi pekerti, keilmuan, hingga kesehatan, serta sejak masa balita hingga usia pra-nikah. “Bahkan yang telah menikah pun kami arahkan dengan nasehat-nasehat keharmonisan keluarga melalui forum-forum pengajian,” imbuh Chriswanto.

LDII melalui Departemen Peranan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga serta Departemen Pengabdian Masyarakat sedang mencanangkan kampanye tanaman obat keluarga. Selain itu, masyarakat juga berupaya melakukan advokasi kesehatan keluarga, termasuk pencegahan stunting, melalui swadaya di tingkat rumah tangga.

Harganas 2024: Membangun Keluarga Kuat untuk Indonesia Maju

Baca Berita dan Informasi LDII Soreang di Google News.

admin

LDII SOREANG menyajikan informasi dan berita terkini yang berkolaborasi dengan FORSGI, SENKOM, Persinas ASAD, dan LDII seluruh Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

👍💯✨ Jangan Lewatkan

Didin Suyadi: Diklat Da'i Da'iyah Bertujuan Perkokoh Wawasan Kebangsaan dan Perdalam Keterampilan Dakwah

Didin Suyadi: Diklat Da’i Da’iyah Bertujuan Perkokoh Wawasan Kebangsaan dan Perdalam Keterampilan Dakwah

“Melalui diklat ini, kami berharap dapat memberikan wawasan dan keterampilan yang lebih komprehensif bagi para dai dan daiyah, agar dapat berperan aktif dalam dakwah yang damai dan moderat,” lanjut Didin.

Selengkapnya
Cece Hidayat: Pentingnya Rasa Syukur dan Kebanggaan Menjadi Warga Indonesia

Cece Hidayat: Pentingnya Rasa Syukur dan Kebanggaan Menjadi Warga Indonesia

Cece menambahkan, Indonesia bukan negara sekuler maupun negara agama, melainkan negara yang dibangun atas dasar pluralisme dengan ideologi Pancasila.

Selengkapnya

Moderasi Beragama: Kunci Harmoni di Era Modern dalam Pelatihan Dai-Daiyah LDII Kabupaten Bandung

“Jangan salah sebut. Bukan moderenisasi beragama, bukan juga moderasi agama, tetapi moderasi beragama,” tegasnya.

Selengkapnya

This will close in 0 seconds