Memahami Adab Berkomentar di Media Sosial—Di era digital yang semakin berkembang, media sosial telah menjadi ruang interaksi utama bagi banyak orang.
Dengan kemudahan akses dan kecepatan penyebaran informasi, media sosial tak hanya menawarkan manfaat tetapi juga tantangan, khususnya dalam menjaga etika dan adab dalam berkomentar serta berbagi konten.
Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya akhlak dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam komunikasi digital.
Sebagai organisasi yang memprioritaskan pendidikan akhlak dan nilai Islam, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) terus berupaya membina anggotanya untuk bermedia sosial secara bijak dan bertanggung jawab.
Melalui berbagai kegiatan pembinaan, LDII mengingatkan pentingnya adab dan integritas di dunia maya sebagai wujud dakwah dan amal shaleh. Salah satu bentuk pembinaan ini ditampilkan dalam karya ilmiah seorang anggota muda LDII, yang menggali etika bermedia sosial menurut perspektif Al-Qur’an.
Berikut ini adalah rangkuman penting mengenai panduan adab bermedia sosial yang diuraikan oleh H. Akmaludin Akbar, S.Psi., M.Psi., anggota Departemen Pendidikan Umum dan Pelatihan DPP LDII, yang mendorong warga LDII dan masyarakat luas untuk menimbang baik-baik sebelum berbagi konten, menjaga etika berkomunikasi, dan menjadi pengguna media sosial yang lebih bertanggung jawab.
Memahami Adab Berkomentar di Media Sosial
Memahami adab berkomentar di media sosial merupakan bagian penting dalam proses literasi digital. Anggota Departemen Pendidikan Umum dan Pelatihan DPP LDII, H. Akmaludin Akbar, S.Psi., M.Psi., menyebutkan bahwa seseorang yang ingin menyampaikan pesan melalui media sosial harus mempertimbangkan apakah pesan tersebut bermanfaat.
“Pesan yang bermanfaat adalah yang membawa kebaikan, menambah ilmu, atau membawa rezeki,” ungkapnya.
Akmaludin juga mengingatkan pentingnya mengecek keaslian berita.
“Keinginan untuk menjadi yang pertama mengetahui informasi sering kali mengabaikan verifikasi. Berita yang belum jelas kevalidannya langsung disebar begitu saja,” jelasnya.
Saat membagikan atau meneruskan konten dari orang lain, ia menyarankan untuk mencantumkan sumber.
“Hindari menjatuhkan karya orang lain. Jika kita tidak menyukainya, lebih baik diam atau berikan kritik secara langsung, tanpa membuat orang tersebut merasa direndahkan,” tambahnya.
Adab di media sosial juga mencakup pemilihan bahasa yang baik. Teks mudah disalahartikan tanpa intonasi, sehingga santun dalam bertutur kata sangat penting.
“Pesan yang baik bisa saja diartikan negatif bila bahasanya kurang tepat. Oleh karena itu, penting untuk membaca ulang pesan sebelum dikirim,” jelas Akmal.
Akmaludin juga menganjurkan penggunaan nama dan foto asli serta transparansi dalam identitas. “Ini membuat kita lebih bertanggung jawab dan bijak saat berinteraksi di media sosial,” tambahnya.
Di akhir sesinya, Akmal menekankan bahwa teman dan konten yang kita ikuti di media sosial mencerminkan diri kita.
“Jika yang kita lihat adalah berita hoaks atau konten yang memicu konflik, itu mencerminkan lingkungan pertemanan kita. Sebaliknya, mengikuti konten positif dan kreatif menggambarkan bahwa kita adalah pribadi yang positif dan kreatif,” tutupnya.
Discover more from LDII PC Soreang
Subscribe to get the latest posts sent to your email.