Mengasah Skill Memotret Untuk Menjadi Fotografer Jurnalistik yang Baik—Bertempat di Gedung SMP Trisukma Baleendah, 15 Generus LDII mengadakan Pelatihan Fotografi Jurnalistik.
Materi ini dipilih karena foto menjadi elemen penting yang melengkapi setiap konten tulisan serta berperan dalam menyiapkan dokumentasi.
Azka, selaku panitia penyelenggara, menyampaikan hal ini saat membuka pelatihan pada Minggu, 29 September 2024.
Mengasah Skill Memotret Untuk Menjadi Fotografer Jurnalistik yang Baik
Acara utama pun dimulai dengan menghadirkan pemateri, Fauzan Kesuma Abdul Syukur. Sosok pria humoris ini berhasil mencairkan suasana kaku, membuat setiap paparannya terasa lebih santai.
Beliau menyampaikan materi-materi penting, termasuk peliputan di era digital. Menurutnya, saat ini posisi sajian visual memegang peranan penting dan bahkan dapat dilakukan oleh jurnalis warga.
Dan hal lain yang berhubungan dengan peliputan di era digital, setiap orang harus memerhatikan keakuratan dan kecepatan.
“Saya pernah, ketika sedang berkumpul dengan keluarga, tiba-tiba harus berada di lokasi bencana. Begitu pentingnya keakuratan dan kecepatan dalam melaporkan berita,” ungkap Fauzan di hadapan peserta.
Selanjutnya, Fauzan menjelaskan tentang “vitamin visual” sebagai doppin saat menyajikan visual potret, termasuk etika peliputan, “Sebagai fotografer jurnalistik harus membaca situasi dan faham prosedur tetap di lapangan,” tegasnya.
Fauzan juga menceritakan risiko yang mungkin terjadi jika kita tidak mampu membaca situasi dan memahami prosedur tetap, sehingga melanggar etika. Ia pernah ditarik oleh petugas keamanan karena bertindak terlalu berlebihan, atau diminta menghentikan pemotretan karena terlalu lama oleh petugas.
Lebih lanjut Fauzan menegaskan bahwa dalam peliputan di era digital, institusi, media pemberitaan, atau jurnalis harus mampu mengedukasi netizen dalam memilih berita agar tidak terperangkap hoaks.
Hal tersebut ia buktikan dengan menampilkan hasil jepretan selama bertugas di lapangan, yang ia kumpulkan di akun Instagram dan website pribadinya.
Mengasah Skill Memotret Untuk Menjadi Fotografer Jurnalistik yang Baik
Fauzan juga menjawab beberapa pertanyaan dari peserta, termasuk tentang manajemen waktu dalam memilih potret terbaik dari sekian banyak gambar yang telah diambil fotografer.
“Pertanyaan yang bagus. Cara mengatur waktu saat menentukan pilihan gambar yang tepat sebagai pelengkap berita adalah dengan memanfaatkan Adobe Bridge,” jawabnya.
“Dengan Adobe Bridge, pengguna dapat memilih foto-foto dengan mudah dan langsung membukanya menggunakan Adobe Photoshop,” tambahnya.
Fauzan kemudian membahas tentang naluri seorang fotografer jurnalistik, “Foto jurnalis yang baik adalah bila ia mampu membangun naluri memotret.”
Naluri yang beliau maksud adalah Fotojurnalis yang baik adalah mereka yang mampu membangun insting, berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat, dengan kamera dan lensa yang sesuai.
Fotografer harus dapat menangkap ekspresi subjek yang alami tanpa disadari oleh subjeknya. Fotografer mengamati, tetapi tidak mengatur. Keberhasilannya tergantung pada kemampuannya untuk menangkap momen tanpa menginterupsi.
Pelaksanaan pelatihan ini pun sebagai upaya memperlebar wawasan para peserta tentang LINES sebagai media para jurnalis LDII. Dengan LINES semua jurnalis dapat memberitakan informasi berimbang bahkan mematahkan mitos atau berita tidak benar tentang LDII.
“Di era post-truth, sebuah kebenaran bisa lenyap oleh kebohongan yang terus-menerus diulang hingga ribuan kali,” ucap Azka.
Pada kesempatan lain, Kepala Biro KIM DPD LDII Kabupaten Bandung, Mufti Hasan, menjelaskan maksud dan tujuan penyelenggaraan pelatihan ini.
“Agar generasi muda dapat berperan aktif dalam membantu melaksanakan tugas sebagai pewarta di era Generasi Z yang sangat antusias menggunakan media,” pungkasnya.