Merenungi Makna Hidup: Hikmah Kesyukuran dan Berbagi Kebaikan
Merenungi Makna Hidup: Hikmah Kesyukuran dan Berbagi Kebaikan—Sering kali kita lupa kapan terakhir kali merasakan kesedihan. Bukan karena sombong, tetapi mungkin karena kita sedang mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah.
Dengan mensyukuri nikmat tersebut, rasa sedih yang pernah dialami menjadi terkikis, layaknya semboyan iklan obat yang menyatakan kita dapat melupakan rasa sakit setelah menggunakan produk tertentu.
Hasilnya adalah hidup yang terasa nyaman, mengalir, dan penuh dengan penerimaan terhadap apa yang telah ditentukan oleh Allah.
Namun, kita juga harus menyadari bahwa hidup tidak akan lepas dari ujian. Ada kalanya kita merasa bahagia, tetapi ada pula saat di mana kita harus menghadapi kesedihan.
Begitu pula dengan keberhasilan dan kegagalan yang datang silih berganti, sesuai dengan firman Allah:
لَتُبْلَوُنَّ فِيْٓ اَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْۗ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْٓا اَذًى كَثِيْرًاۗ وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ
“Kalian pasti akan diuji sungguh dalam (urusan) harta dan diri kalian. Kalian pun pasti akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Alkitab sebelum kalian dan dari orang-orang musyrik. Jika kalian bersabar dan bertakwa, sesungguhnya yang demikian itu termasuk tetapnya perkara.” (QS Ali Imran: 186)
Kita mungkin merasa bahwa pengalaman hidup yang dijalani masih terbatas. Pulau-pulau besar di Indonesia belum semuanya dijelajahi, bahkan kota kelahiran yang tertera di KTP belum sepenuhnya dikenal.
Hal ini menggambarkan bahwa ada banyak hal dalam hidup yang masih belum kita ketahui, meskipun demikian, kehidupan tetap berjalan dengan alur yang telah ditetapkan.
Hidup tidak selalu menuntut pengalaman besar untuk menjadi pembelajaran. Kadang, kebijaksanaan justru datang dari hal-hal sederhana yang mudah ditemui.
Kita dapat belajar dari pengalaman orang lain atau dari sejarah tanpa harus mengalaminya sendiri. Sebagaimana firman Allah:
هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ
“Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu dalam keadaan mudah dimanfaatkan. Maka, jelajahilah segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Hanya kepada-Nya kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS Al-Mulk: 15).
Banyak individu yang telah merasakan pahit getir kehidupan memberikan pesan penting: hidup sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Maka, jangan terlalu sibuk mengatur hidup di luar kendali kita.
Sebaiknya, isi kehidupan dengan hal-hal yang bermanfaat dan baik, sebagaimana yang telah diajarkan oleh para nabi dalam kitab suci dan melalui sunnatullah.
Alam semesta sudah memberikan banyak contoh. Para leluhur yang bijak pun sering berpesan: hiduplah seperti air yang mengalir, dan berbuatlah baik seperti matahari yang menyinari dunia.
Allah juga mengingatkan dalam firman-Nya:
اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۗوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.” (QS Al-Isra: 7).
Kualitas hidup seseorang juga dapat ditingkatkan dengan memperhatikan lingkungan terdekat. Pertama adalah keluarga. Keluarga menjadi fondasi utama di mana setiap individu tumbuh, belajar, dan mendapatkan kasih sayang.
Dalam keluarga yang harmonis, semua anggota saling mendukung untuk menciptakan kebahagiaan dan keseimbangan, sehingga menjadi tempat yang damai.
Setelah keluarga, tetangga adalah lingkungan berikutnya yang memegang peranan penting. Kehidupan dalam keluarga yang baik perlahan akan memengaruhi hubungan dengan tetangga. Sebagaimana firman Allah:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ
“Beribadahlah kepada Allah dan janganlah menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Berbuat baiklah terhadap orang tua, kerabat dekat, anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, dan tetangga jauh, serta teman sejawat.” (QS An-Nisa: 36).
Merenungi Makna Hidup: Hikmah Kesyukuran dan Berbagi Kebaikan
Rasulullah SAW juga bersabda:
وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ قِيلَ وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بوَائِقَهُ
“Demi Allah, tidak sempurna imannya, demi Allah tidak sempurna imannya, demi Allah tidak sempurna imannya.” Rasulullah ditanya, “Siapa yang tidak sempurna imannya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Seseorang yang tetangganya tidak merasa aman atas kejahatannya.” (HR Al-Bukhari)
Kisah tentang seorang petani dan jagungnya dapat menjadi pelajaran penting dalam membangun hubungan dengan lingkungan sekitar.
Seorang wartawan bertanya kepada petani yang selalu memenangkan kontes hasil pertanian tentang rahasia kesuksesannya. Dengan santai, petani itu menjawab bahwa setiap musim tanam, ia selalu membagikan bibit jagung terbaiknya kepada para tetangga.
Ketika wartawan bertanya alasannya, petani itu menjelaskan bahwa serbuk sari dari bunga jagung akan tersebar ke ladang lain oleh angin.
Jika tanaman tetangga buruk, serbuk sari yang mereka hasilkan akan menurunkan kualitas tanamannya. Oleh karena itu, ia memberikan bibit terbaik agar semua ladang menghasilkan jagung yang berkualitas.
Pelajaran dari kisah tersebut mengajarkan bahwa keberhasilan kita sering kali bergantung pada keberhasilan orang-orang di sekitar kita.
Dengan membantu mereka untuk maju, kita juga akan ikut berkembang. Sebagaimana firman Allah:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا زَالَ يُوصِينِي جِبْرِيلُ بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ. رواه البخاري
“Jibril terus mewasiatkanku perihal tetangga, sehingga aku menyangka bahwa tetangga akan menjadi ahli waris.” (HR Al-Bukhari)
Maka, mari kita bersama-sama memulai perubahan dari lingkungan terdekat. Berikan yang terbaik untuk tetangga, sehingga kehidupan menjadi lebih harmonis dan penuh kebaikan.