Pentingnya Pembinaan Generasi Penerus LDII
Pentingnya Pembinaan Generasi Penerus LDII—Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia, terkenal dengan berbagai pidatonya yang inspiratif.
Salah satu yang paling diingat adalah kutipannya yang berbunyi: “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncang dunia.”
Kutipan tersebut menegaskan betapa besar keyakinan Soekarno terhadap kekuatan dan potensi generasi muda. Pemuda, dalam pandangannya, adalah agen perubahan yang memiliki energi, semangat, dan visi untuk membawa perubahan besar.
Soekarno meyakini bahwa dengan sekelompok kecil pemuda yang berkomitmen, dunia bisa diguncang, dan perubahan yang signifikan bisa tercapai.
Pembinaan Generasi Muda oleh LDII
Sama halnya dengan pandangan Soekarno, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) juga menaruh perhatian besar pada pembinaan generasi muda sebagai fondasi keberlangsungan organisasi dan bangsa.
Sejak tahun 1972, LDII telah menjalankan program pembinaan generasi muda dengan menggunakan pendekatan yang disebut trisukses generus, yaitu:
- Alim-faqih – Mencetak generasi yang memiliki pengetahuan agama yang mendalam sehingga mampu memahami dan mengamalkan ajaran Islam dengan benar.
- Berakhlakul karimah – Menanamkan nilai-nilai moral dan etika yang tinggi, sehingga generasi muda LDII berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat.
- Mandiri – Mendorong generasi muda agar memiliki kemandirian, baik secara ekonomi, sosial, maupun dalam pengambilan keputusan, sehingga mereka mampu berdiri di atas kaki sendiri tanpa bergantung pada orang lain.
Peran Penggerak Pembina Generus (PPG)
LDII membentuk Penggerak Pembina Generus (PPG) sebagai wadah khusus yang berfungsi untuk merancang, mengelola, dan melaksanakan program pembinaan ini.
PPG bertugas mencetak bibit-bibit unggul dari kalangan generasi muda yang nantinya diharapkan mampu menjadi pemimpin di masa depan. Mereka dilatih untuk tidak hanya cerdas secara intelektual dan religius, tetapi juga memiliki kemampuan kepemimpinan dan keterampilan praktis yang relevan di berbagai bidang kehidupan.
Dalam menjalankan tugasnya, PPG tidak hanya berfokus pada peningkatan pemahaman agama, tetapi juga mempersiapkan generasi muda untuk berkontribusi secara signifikan dalam kehidupan sosial dan berbangsa.
Pendekatan ini menjadikan generasi muda LDII sebagai generasi yang profesional religius, yakni individu yang memiliki kompetensi profesional di berbagai bidang sekaligus taat dalam menjalankan agama.
Selain itu, pembinaan generasi penerus juga dilakukan oleh para ulama LDII sebagai bagian dari upaya peningkatan pemahaman agama bagi warga LDII, terutama kalangan muda.
Pembinaan ini dijalankan secara berkesinambungan untuk memastikan bahwa generasi penerus tidak hanya memahami agama pada tingkat dasar, tetapi juga dapat menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Para ulama LDII terus berupaya menjaga agar kualitas pemahaman agama ini semakin meningkat seiring waktu, sehingga keberlangsungan nilai-nilai Islam dapat dijaga hingga akhir hayat.
Pentingnya Pembinaan Generasi Penerus LDII
Dengan Tri Sukses Generus ini, LDII berupaya mencetak generasi yang mampu menjadi pemimpin dan panutan, baik di dalam organisasi maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
Pentingnya Pembinaan dari Usia Dini
LDII menempatkan penekanan besar pada pembinaan sejak usia dini, membagi tahapan pembinaan ke dalam beberapa kelompok berdasarkan usia:
- Praremaja (anak-anak usia 5-12 tahun)
- Remaja (usia 13-18 tahun)
- Muda-mudi (usia dewasa muda)
Setiap kelompok usia memiliki kurikulum yang dirancang khusus untuk mendidik mereka sesuai dengan tahap perkembangan psikologis dan sosial.
Pembinaan dilakukan melalui berbagai kegiatan, seperti pengajian, diskusi, pelatihan keterampilan, serta aktivitas sosial.
Pentingnya Pembinaan Generasi Penerus LDII
Dalam setiap organisasi, regenerasi merupakan proses penting untuk memastikan kelangsungan misi dan tujuan. LDII melihat proses kaderisasi ini sebagai bagian integral dari pembinaan generasi penerusnya.
Regenerasi yang sukses akan memastikan bahwa nilai-nilai yang diajarkan di dalam LDII tetap hidup dan relevan di masa depan.
Selain pembinaan moral dan agama, LDII juga menyadari pentingnya keseimbangan dalam membina generasi muda. Pembinaan tidak hanya menitikberatkan pada aspek sumber daya finansial dan metode pendidikan.
Tetapi yang lebih penting adalah pengembangan sumber daya manusia, hal ini menggarisbawahi perlunya pendekatan holistik dalam membentuk pribadi yang utuh dan berdaya saing.
Pentingnya Pembinaan Generasi Penerus LDII
Pembinaan Generasi Penerus LDII merupakan investasi jangka panjang yang sangat penting untuk menjamin keberlangsungan organisasi dan kelestarian nilai-nilai Islam.
Tanpa pembinaan yang baik, ada risiko hilangnya identitas, moralitas, dan kemampuan adaptasi di masa depan. Dengan fokus pada pembinaan yang seimbang, LDII tidak hanya membentuk generasi penerus yang taat agama, tetapi juga generasi yang mandiri, inovatif, dan siap menghadapi tantangan zaman.
LDII secara konsisten menegaskan bahwa upaya membina generasi penerus harus dilakukan dengan niat ibadah kepada Allah, yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari upaya memperjuangkan agama Islam secara aktif.
Melalui pembinaan yang komprehensif dan berkesinambungan, LDII berupaya memastikan bahwa generasi penerus mampu mewarisi dan meneruskan perjuangan generasi sebelumnya.
Peran 29 Karakter Luhur dalam Menjawab Tantangan Zaman
Dalam era digital dan globalisasi, tantangan yang dihadapi oleh generasi muda semakin kompleks. Pembinaan generasi penerus LDII, melalui konsep 29 Karakter Luhur, menjadi sangat relevan dalam membekali generasi muda dengan kemampuan untuk menghadapi perubahan zaman.
Karakter seperti adaptabilitas, kerja keras, dan rasa kebersamaan penting untuk memastikan bahwa generasi LDII tetap relevan dan berdaya saing di dunia modern.
Melalui integrasi konsep 29 Karakter Luhur, LDII tidak hanya fokus pada aspek spiritual dan ibadah, tetapi juga mengembangkan generasi yang berkarakter kuat, beretika, dan berintegritas.
Dengan demikian, pembinaan generasi penerus menjadi lebih komprehensif dan mampu menghadapi tantangan zaman, baik di lingkup agama, sosial, maupun ekonomi.