Persiapan Idul Adha: LDII Gelar Pemantauan Hilal dan Pantauan Ibadah Haji — Menjelang Hari Raya Kurban, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) kembali melakukan pemantauan hilal di 75 titik seluruh Indonesia. Selain berpartisipasi dalam Sidang Isbat 1 Zulhijjah, LDII juga menyimak laporan langsung persiapan ibadah haji dari Makkah.
Setiap tahunnya, LDII aktif dalam Sidang Isbat yang biasa Kementerian Agama laksanakan di Jakarta. Terutama menjelang kurban pada Jumat (8/6), pemantauan hilal berlangsung secara serentak di berbagai daerah melalui kerjasama dengan Kemenag setempat.
Ketua Departemen Pendidikan, Keagamaan, dan Dakwah DPP LDII, KH Aceng Karimullah, menyampaikan harapan agar pengamatan hilal bisa mencapai 150 titik di masa depan. Pengamatan hilal bertujuan melihat bulan sabit muda yang menandakan awal bulan, dengan ketinggian di atas 2°.
Dalam teori, hilal di bawah 2° sulit terlihat, dan di atas 2° pun seringkali samar, memerlukan alat yang canggih. Faktor-faktor alam seperti awan dan sinar matahari yang terang juga dapat menghambat pengamatan. “Pengamatan sejak tanggal 29 bulan sebelumnya,” jelas KH Aceng.
Menurut ajaran Nabi, mulai berpuasa ketika hilal terlihat, demikian pula dengan perayaan hari raya. KH Aceng menambahkan, hilal pada zaman Nabi terlihat dengan mudah karena langit tidak terhalang polusi dan benda-benda lainnya seperti sekarang. Oleh karena itu, zaman dulu orang-orang melakukan pengamatan hilal pada dataran tinggi atau pesisir pantai.
Perbedaan pendapat sering muncul antara metode hisab dan rukyat dalam penentuan hilal. Kemenag sebagai institusi resmi yang mengumumkan hasil Sidang Isbat perlu memberikan penjelasan kepada publik agar menghindari perselisihan.
“Pengamatan hilal harus detail, termasuk kesiapan baterai alat dan sinyal yang kuat untuk menyampaikan data dengan baik,” ujarnya. Laporan pengamatan hilal juga harus disumpah di hadapan hakim agar sah, tambah KH Aceng.
Dalam persiapan ibadah kurban, sejak tanggal 1 Zulhijah berdasarkan Sunah Nabi untuk tidak memotong kuku, rambut, atau jenggot. Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah, bahwa siapa yang berniat berkurban demi kesempurnaan ibadah kurban, mulai tanggal 1 sudah tidak memotong kuku, sebagaimana orang yang melakukan ihram untuk ibadah haji di Mekah.
Persiapan Idul Adha: LDII Gelar Pemantauan Hilal dan Pantauan Ibadah Haji
Ibadah kurban adalah salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah, menurut KH Aceng. Syariat penyembelihan hewan ternak telah ada sejak zaman Nabi Ibrahim dan Ismail. Rasulullah SAW sendiri bersabda bahwa kita menghitung pahala kurban dari jumlah bulu hewan itu, menunjukkan besarnya pahala yang akan orang tersebut dapatkan. Secara ilmiah, kita harus memilih hewan kurban dengan baik sesuai kemampuan diri.
“Semua aturan agama kita sesuaikan dengan kemampuan, jika tidak mampu berkurban, tidak perlu memaksakan. Jika bisa berkurban sementara tetangga tidak, maka tidak boleh ujub. Allah menilai keikhlasan hati, bukan lahiriah,” katanya.
Menjelang 10 hari sebelum Idul Adha, umat Islam menurut anjuran – supaya menjalankan puasa sunah arafah jika tidak sedang melaksanakan ibadah haji.
“Keutamaan puasa arafah adalah Alloh mengampuni dosa setahun sebelum dan sesudahnya. Selain itu, umat Islam dapat meningkatkan ibadah dan berbuat baik sebelum kurban pada tanggal 9 dan 10 Zulhijjah,” ujar KH Aceng.
Persiapan Idul Adha: LDII Gelar Pemantauan Hilal dan Pantauan Ibadah Haji
Pantauan Langsung Jelang Ibadah Haji
KH Ubaidillah Al Hasany dari Ponpes Al Ubaidah, Kertosono, Nganjuk, melaporkan langsung dari Makkah mengenai ibadah haji. Ia menyatakan bahwa kuota tahun 2024 untuk jemaah haji Indonesia meningkat signifikan.
Dalam siaran langsung di YouTube LDII TV, KH Ubaid menegaskan bahwa cuaca panas tidak menghalangi jemaah haji untuk beribadah. Ia mengimbau jemaah untuk menghemat tenaga demi kelangsungan rukun haji.
“Apalagi bagi jemaah yang belum pernah ke Makkah, target utama ibadah masih tanggal 8, sehingga perlu hemat energi,” ujarnya.
Pemerintah turut memfasilitasi jamaah haji Indonesia di Makkah, Arafah, dan Mina meski ada lonjakan kuota. KH Ubaid juga berbagi tips untuk meraih haji mabrur dengan pelaksanaan syariat yang tepat. Menurutnya, persiapan manasik haji sangat penting agar syariat terjaga sesuai sunnah Rasulullah SAW.
“Jika syariat ibadah haji dilanggar, apalagi sampai syirik, maka ibadahnya sia-sia,” ujarnya. Peran pembimbing haji sangat penting dalam membekali ilmu dan bertanggung jawab memastikan syariat ibadah haji dijalankan dengan benar.
Ikuti Berita & Informasi LDII Soreang di Google News.