Kabar Baik:

Pesantren di Era Globalisasi: Menjaga Tradisi, Merespons Perubahan

Pesantren di Era Globalisasi: Menjaga Tradisi, Merespons Perubahan

Pesantren di Era Globalisasi: Menjaga Tradisi, Merespons Perubahan — Perkembangan era globalisasi saat ini menimbulkan perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi, politik, sosial, budaya, dan pendidikan. Globalisasi bukan tanpa konsekuensi, sehingga penting untuk memahami dampak positif maupun negatifnya.

Salah satu dampak dari globalisasi adalah munculnya masyarakat mega-kompetisi, di mana setiap individu berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik. Di tengah era maju ini, pendidikan pesantren juga menghadapi tantangan besar.

Globalisasi menuntut perubahan dalam substansi pendidikan yang sesuai dengan perkembangan masyarakat berbasis pengetahuan. Pesantren, yang awalnya fokus pada pendidikan moral, kini harus memenuhi tuntutan zaman dengan memperbarui kurikulumnya untuk membekali santri dengan pengetahuan yang relevan dan berdaya saing.

Pesantren perlu mempertahankan keunggulan tradisionalnya sambil beradaptasi dengan kemajuan teknologi informasi dan perubahan sosial yang cepat. Asrori, mahasiswa program studi Doktor Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang, mengarahkan penelitiannya pada kurikulum pesantren LDII di Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri.

Penelitian tersebut berjudul, “Kurikulum Pesantren LDII Dalam Membentuk Karakter Muslim Sejati di Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri” dan dengan harapan dapat menjadi prototipe bagi pesantren lain dalam menyesuaikan kurikulum dengan perubahan zaman.

Pesantren di Era Globalisasi: Menjaga Tradisi Merespons Perubahan

Kurikulum pesantren LDII bertujuan membentuk karakter muslim sejati, yang mencerminkan keseimbangan antara dunia (ad-dunya) dan akhirat (al-akhirah). Konsep ini selaras dengan prinsip Tri Sukses Generus: Alim fakih (pemahaman mendalam tentang ilmu agama), akhlaqul karimah (perilaku terpuji), dan mandiri (kemampuan memenuhi kebutuhan sendiri).

Metode pengajaran di Pondok Pesantren Wali Barokah mencakup:

  1. Metode manqûl-musnâd-muttashil (MMM): Mengajarkan santri ilmu al-Qur’an dan al-Hadits dengan cara yang bersambung dari guru ke guru hingga Rasulullah SAW.
  2. Metode bandongan: Mubaligh membaca kitab dengan makna dan keterangan, sementara santri membuat anotasi.
  3. Metode sorogan: Untuk santri pemula, menekankan kemampuan membaca al-Qur’an.
  4. Metode mudzakarah: Diskusi bulanan untuk mubaligh dari berbagai daerah, membahas masalah keagamaan dan dinamika jama’ah.
BACA JUGA:  Sejarah Pondok Pesantren Wali Barokah dari Tahun Ke Tahun

Kurikulum ini berimplikasi pada dua aspek utama:

  1. Karakter religius: Santri belajar dengan dimensi ketundukan tauhid, beramal dengan niat tulus, berdakwah, berjamaah, dan taat pada kepemimpinan (imamah).
  2. Karakter profesional: Pemberdayaan santri melalui pelatihan, pendampingan, dan pembinaan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian.

Penelitian Asrori menegaskan bahwa kurikulum adalah sarana ideal untuk pembentukan karakter muslim sejati, menguatkan nilai-nilai karakter yang telah tokoh-tokoh besar seperti Imam Al Ghazali dan Ibnu Miskawaih ajarkan. Selain itu, kurikulum pesantren LDII -proses analisanya menggunakan teori Robert Zais, dengan penekanan pada evaluasi model EVINP4.

Dengan pendekatan ini, Pondok Pesantren Wali Barokah berusaha membentuk santri yang tidak hanya unggul dalam ilmu agama tetapi juga siap menghadapi tantangan globalisasi dengan karakter yang kuat dan profesionalisme yang tinggi.

Pesantren di Era Globalisasi: Menjaga Tradisi Merespons Perubahan

Di tengah arus globalisasi yang membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, pesantren di Indonesia menghadapi tantangan untuk tetap relevan dan adaptif. Penelitian yang dilakukan oleh Asrori di Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri menunjukkan bahwa pembaruan kurikulum pesantren dapat membentuk karakter muslim sejati yang siap menghadapi tantangan zaman.

Dengan mengedepankan prinsip keseimbangan antara dunia dan akhirat, serta metode pengajaran yang adaptif, pesantren dapat mempertahankan kekhasan tradisionalnya sambil merespons dinamika global.

Semoga upaya ini terus berlanjut, memberikan inspirasi dan dampak positif bagi pesantren lain di seluruh Indonesia, sehingga mampu mencetak generasi yang unggul dalam ilmu agama sekaligus siap berkompetisi secara global.

admin

LDII SOREANG menyajikan informasi dan berita terkini yang berkolaborasi dengan FORSGI, SENKOM, Persinas ASAD, dan LDII seluruh Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

👍💯✨ Jangan Lewatkan

Didin Suyadi: Diklat Da'i Da'iyah Bertujuan Perkokoh Wawasan Kebangsaan dan Perdalam Keterampilan Dakwah

Didin Suyadi: Diklat Da’i Da’iyah Bertujuan Perkokoh Wawasan Kebangsaan dan Perdalam Keterampilan Dakwah

“Melalui diklat ini, kami berharap dapat memberikan wawasan dan keterampilan yang lebih komprehensif bagi para dai dan daiyah, agar dapat berperan aktif dalam dakwah yang damai dan moderat,” lanjut Didin.

Selengkapnya
Cece Hidayat: Pentingnya Rasa Syukur dan Kebanggaan Menjadi Warga Indonesia

Cece Hidayat: Pentingnya Rasa Syukur dan Kebanggaan Menjadi Warga Indonesia

Cece menambahkan, Indonesia bukan negara sekuler maupun negara agama, melainkan negara yang dibangun atas dasar pluralisme dengan ideologi Pancasila.

Selengkapnya

Moderasi Beragama: Kunci Harmoni di Era Modern dalam Pelatihan Dai-Daiyah LDII Kabupaten Bandung

“Jangan salah sebut. Bukan moderenisasi beragama, bukan juga moderasi agama, tetapi moderasi beragama,” tegasnya.

Selengkapnya

This will close in 0 seconds