Pondok Pesantren LDII Wali Barokah Burengan: Pusat Pendidikan Al-Qur'an dan Hadist di Indonesia

Pondok Pesantren LDII Wali Barokah Burengan: Pusat Pendidikan Al-Qur’an dan Hadist di Indonesia

Pondok Pesantren LDII Wali Barokah Burengan: Pusat Pendidikan Al-Qur’an dan Hadist di Indonesia—Pondok Pesantren Wali Barokah Burengan, yang dikelola oleh Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), menjadi salah satu pusat pendidikan terkemuka di Indonesia dalam pengajaran Al-Qur’an dan Hadist.

Ponpes Wali Barokah berlokasi di Jl. HOS Cokroaminoto 195, Kediri, didirikan oleh KH. Nurhasan Al Ubaidah bersama para santrinya pada tahun 1952. Pondok pesantren tersebut telah mendidik lebih dari 1.700 santri, terdiri dari 1.000 santri pria dan 700 santri wanita yang berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia.

Program Pendidikan Berjenjang

Di pesantren ini, pengajaran Al-Qur’an dan Hadist dibagi ke dalam tiga jenjang utama: tingkat dasar, lanjutan, dan pendalaman. Pada tingkat dasar, para santri mempelajari Nahwu, Shorof, serta Tajwid sebagai fondasi dalam memahami dan membaca Al-Qur’an dengan benar.

Pada tingkat lanjutan, pengajaran dilakukan dalam dua bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa. Materi yang diberikan meliputi pembacaan serta tafsir Al-Qur’an, penjelasan mengenai makna dan keterangan Hadist, serta hafalan doa dan dalil Al-Qur’an dan Hadist.

Santri yang telah menyelesaikan tingkat lanjutan akan memasuki tingkat pendalaman, di mana mereka mendalami Ilmu Faroid atau pembagian waris, serta menghafal Al-Qur’an (Hafidz).

Pengajaran Khusus untuk Mubaligh dan Mubalighot

Selain pengajaran reguler, Pondok Pesantren LDII Wali Barokah Burengan juga menyelenggarakan pengajaran Kutubu Sittah atau Hadist Besar yang mencakup enam kitab utama Hadist: Shohih Al-Bukhari, Shohih Muslim, Sunan An-Nasa’i, Sunan Abi Dawud, Sunan Ibni Majah, dan Sunan At-Tirmizi. Pengajaran ini ditujukan khusus bagi para mubaligh dan mubalighot yang nantinya akan mengemban tugas dakwah di seluruh Indonesia.

BACA JUGA:  DPW LDII Jawa Barat Tekankan Pembentukan 29 Karakter Luhur Generus LDII

Pusat Kelulusan Mubaligh dan Mubalighot

Sebagai pusat kelulusan mubaligh dan mubalighot, setiap bulan Pondok Pesantren Wali Barokah Burengan meluluskan 500 hingga 600 calon pengajar yang telah menyelesaikan berbagai ujian kompetensi.

Para lulusan tersebut akan ditugaskan untuk mengajar Al-Qur’an dan Hadist di berbagai wilayah dari mulai provinsi hingga pelosok pengajian LDII di seluruh wilayah Indonesia.

Kualifikasi kelulusan meliputi kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik, pemahaman Nahwu, Shorof, dan Tajwid, khatam Al-Qur’an dan tafsir 30 juz, khatam himpunan Hadist, serta hafalan doa dan dalil Al-Qur’an dan Hadist.

Selain itu, mereka juga harus menguasai Ilmu Faroid dan memiliki akhlak serta budi pekerti yang baik. Dengan berbagai program pendidikan tersebut, Pondok Pesantren Wali Barokah Burengan terus berkontribusi dalam mencetak mubaligh dan mubalighot berkualitas yang siap mengajar dan menyebarkan ajaran Islam di Indonesia.

Menara Asma’ul Husna adalah salah satu ikon Kota Kediri dan merupakan menara masjid tertinggi di Indonesia. Dengan tinggi mencapai 99 meter, menara ini dinamai berdasarkan 99 nama indah Allah, yang dikenal sebagai Asma’ul Husna.

Menara Asma'ul Husan di Pondok Pesantren Wali Barokah
Menara Asma’ul Husan di Pondok Pesantren Wali Barokah (Foto: Istimewa)

Menara ini terletak di dalam kompleks Pondok Pesantren Wali Barokah, yang dikelola oleh Lembaga Dakwah Islamiah Indonesia (LDII) di Desa Burangen, Kediri.

Diresmikan pada tanggal 23 Januari 2009 oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menara Asma’ul Husna memiliki kubah yang dilapisi dengan 60 kg emas murni.

Selain menjadi pusat ibadah, menara ini juga menjadi objek wisata religius yang menarik perhatian pengunjung, baik dari dalam maupun luar daerah, berkat arsitekturnya yang megah dan nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya.

BACA JUGA:  DPD LDII Kabupaten Wonogiri Tunjukkan Sikap Netral Aktif di Rapimda 2024

Keberadaan menara ini memberikan daya tarik tersendiri bagi Kota Kediri dan mencerminkan kekayaan budaya serta keagamaan masyarakat setempat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *