InspirasiRenungan

Nasehat tentang Sabar

Nasehat tentang Sabar Mengulas Kembali Kisah Sahabat Abu Sa’id Al-Khudri, Kali ini kita akan mengangkat kisah salah satu sahabat Rasulullah yang sangat berarti, yakni Abu Sa’id Al-Khudri, seorang tokoh dari kalangan Anshar yang meninggalkan warisan penting bagi umat Islam. Mari kita simak bersama.


عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إِنَّ نَاسًا مِنْ الْأَنْصَارِ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْطَاهُمْ ثُمَّ سَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ ثُمَّ سَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ حَتَّى نَفِدَ مَا عِنْدَهُ فَقَالَ مَا يَكُونُ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ أَدَّخِرَهُ عَنْكُمْ وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu diriwayatkan bahwa sekelompok kaum Anshar datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meminta sesuatu kepadanya. Rasulullah pun memenuhi permintaan mereka. Kemudian mereka datang lagi meminta sesuatu, dan Rasulullah kembali memberikannya. Setelah itu Rasulullah bersabda, “Apa pun kebaikan yang ada padaku, tidak akan aku sembunyikan dari kalian. Barang siapa yang merasa cukup, maka Allah akan mencukupkannya. Barang siapa yang meminta penjagaan, maka Allah akan menjaganya. Barang siapa yang meminta kesabaran, maka Allah akan memberinya kesabaran. Tidak ada karunia yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. Bukhari).

Hadits ini mengandung banyak pelajaran berharga. Pertama, ia menggambarkan sifat dasar manusia yang cenderung mencari jalan yang lebih mudah dan menghindari kesulitan. Meminta sesuatu, pada dasarnya, adalah dorongan yang muncul secara alami dalam diri setiap orang. Ini bukanlah hal baru, bahkan orang-orang Anshar pun melakukan hal yang sama kepada Rasulullah. Namun, Rasulullah, yang selalu memberi sesuai kemampuannya, juga seorang guru sejati yang tidak membiarkan kebiasaan buruk berkembang. Kedua, Rasulullah menanamkan pengertian bahwa meminta-minta secara terus-menerus dapat merusak mental seseorang. Kebiasaan ini berpotensi menumbuhkan sifat ketergantungan dan melemahkan keteguhan diri.

يَا قَبِيْصَةُ، إِنَّ الْـمَسْأَلَةَ لَا تَحِلُّ إِلَّا لِأَحَدِ ثَلَاثَةٍ : رَجُلٍ تَحَمَّلَ حَمَالَةً فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَهَا ثُمَّ يُمْسِكُ، وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ جَائِحَةٌ اجْتَاحَتْ مَالَهُ فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ –أَوْ قَالَ : سِدَادً مِنْ عَيْشٍ- وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ حَتَّى يَقُوْمَ ثَلَاثَةٌ مِنْ ذَوِي الْحِجَا مِنْ قَوْمِهِ : لَقَدْ أَصَابَتْ فُلَانًا فَاقَةٌ ، فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قِوَامًا مِنْ عَيْش ٍ، –أَوْ قَالَ : سِدَادً مِنْ عَيْشٍ- فَمَا سِوَاهُنَّ مِنَ الْـمَسْأَلَةِ يَا قَبِيْصَةُ ، سُحْتًا يَأْكُلُهَا صَاحِبُهَا سُحْتًا.

BACA JUGA:  PPG LDII: Pembinaan Generasi Muda untuk Tri Sukses Akhlak, Agama, dan Kemandirian

Dalam hadits yang lain, Rasulullah lebih rinci lagi menjelaskan tentang kondisi di mana meminta itu diperbolehkan. Dari Qabishah bin Mukhariq Al-Hilali radhiallahu ‘anhu, ia meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Meminta hanya diperbolehkan dalam tiga kondisi: (1) seseorang yang menanggung beban hutang orang lain sampai ia dapat melunasinya, (2) seseorang yang hartanya habis karena musibah sampai ia mampu menopang hidupnya kembali, dan (3) seseorang yang mengalami kemiskinan luar biasa sampai tiga orang bijak dari kaumnya membenarkan bahwa ia dalam keadaan sulit. Di luar tiga kondisi tersebut, meminta-minta adalah haram dan memakannya adalah perbuatan dosa.” (HR. Muslim).

Nasehat tentang Sabar


يا حَكيمُ، إنَّ هذا المالَ خَضِرَةٌ حُلوَةٌ، فمَن أخَذه بطِيبِ نَفسٍ بُورِك له فيه، ومَن أخَذه بإشرافِ نَفسٍ لم يُبارِكْ له فيه، وكان كالذي يأكُلُ ولا يَشبَعُ، واليدُ العُليا خيرٌ منَ اليدِ السُّفلى

Sahabat lain, Hakim bin Hizam, juga memberikan pelajaran berharga. Ia menceritakan bahwa ia pernah meminta sesuatu kepada Rasulullah beberapa kali, dan setiap kali Rasulullah memenuhi permintaannya. Hingga suatu saat, Rasulullah bersabda, “Wahai Hakim, harta ini bak buah yang manis dan segar. Barang siapa yang mengambilnya dengan kerelaan hati, niscaya akan diberkahi. Namun, barang siapa yang mengambilnya dengan ambisi dan ketamakan, ia tidak akan mendapatkan berkah, layaknya orang yang makan tetapi tidak pernah merasa kenyang. Tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits ini, kita diajarkan untuk tidak terlalu banyak meminta, tetapi sebaliknya, membangun mental mandiri dan merasa cukup. Kekayaan tidak selalu menghilangkan kebiasaan meminta-minta, bahkan bisa memperburuk sifat tamak. Oleh karena itu, Rasulullah mengajarkan agar kita melatih diri untuk lebih sering memberi. Tangan yang memberi lebih baik daripada yang menerima. Selain itu, beliau juga mengingatkan pentingnya menjaga diri dari godaan duniawi, yang manis dan menggoda, agar kita tetap bersyukur dan membelanjakan harta dengan bijak sesuai ketentuan.

BACA JUGA:  Menjauhi Sifat Iri dan Dengki: Kunci Kedamaian Hati dan Persaudaraan

Bagi mereka yang belum kaya, Rasulullah menekankan untuk menjaga hati dari meminta-minta dan lebih mengutamakan rasa cukup. Di samping itu, kesabaran sangat diperlukan dalam menjalani setiap fase kehidupan, baik dalam keadaan kaya maupun miskin. Kesabaran menjadi pilar utama yang menjaga seseorang tetap berada dalam jalan yang lurus.

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Rasulullah juga bersabda, “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin, seluruh urusannya adalah kebaikan. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia mendapatkan kesusahan, ia bersabar, dan itu pun baik baginya.” (HR. Muslim).


{قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ (10)

Ayat dari Al-Qur’an juga menegaskan pentingnya kesabaran. “Katakanlah, ‘Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan mendapatkan kebaikan, dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.'” (QS. Az-Zumar: 10).

Kesimpulannya, kesabaran adalah kunci utama dalam menjalani kehidupan ini, baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Hidup tanpa kesabaran tidak akan lengkap, karena kesabaran adalah fondasi yang menopang setiap sisi kehidupan agar sesuai dengan kehendak Allah. Dengan kesabaran, hidup akan terasa lebih indah dan penuh keberkahan.

admin

LDII PC Soreang turut memasifkan publikasi pemberitaan positif dan nyata seputar LDII sebagai ormas Islam yang hadir di tengah-tengah masyarakat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *