Sunnah Berjabat Tangan: Penggugur Dosa dan Penguat Persaudaraan
Islam adalah agama yang sempurna, dengan segala aspek kehidupan telah diatur dengan indah, mulai dari yang terbesar hingga yang terkecil.
Salah satu sunnah mulia yang sering terlewatkan, namun memiliki keutamaan luar biasa, adalah berjabat tangan. Sunnah ini tidak hanya mempererat tali persaudaraan, tetapi juga menggugurkan dosa-dosa.
Keutamaan Berjabat Tangan
Berjabat tangan, meskipun terlihat sederhana, memiliki dampak besar dalam memperkuat ukhuwah Islamiyah. Rasulullah SAW bersabda:
عَنِ اْلبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ اِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ اَنْ يَتَفَرَّقَا. ابن ماجه 2: 1220
Al-baraa bin ‘Aazib qaala: qaala rasuulullaahi shallallaahu ‘alaihi wasallam: maa min muslimaini yaltaqiyaani fayatasaa-fahaani illa ghufira lahumaa qabla an yatafarraqa.
“Tidaklah dua orang Muslim bertemu lalu berjabat tangan, melainkan diampuni dosa keduanya sebelum keduanya berpisah.” (HR. Ibnu Majah, juz 2, hal. 1220)
Hadits ini diperkuat oleh riwayat lain:
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ اْليَمَانِ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اِنَّ اْلمُؤْمِنَ اِذَا لِقِيَ اْلمُؤْمِنَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَ اَخَذَ بِيَدِهِ فَصَافَحَهُ تَنَاثَرَتْ خَطَايَاهُمَا كَمَا يَتَنَاثَرُ وَرَقُ الشَّجَرِ. الطبرانى فى الاوسط فى مجمع الزوائد 8: 37، رقم: 12766
‘An hudzaifata bin al-yamaan ‘anin nabiyyi shallallaahu ‘alaihi wasallam qaala: innal mu’mina idzaa laqiyal mu’mina fasallama ‘alaihi wa akhadza biyadihi fashaafahahu tanaatsarat khathaayaahumaa kamaa yatanaatharu waraqu asy-syajar.
“Sesungguhnya orang mukmin apabila bertemu dengan orang mukmin yang lain lalu mengucapkan salam dan memegang tangannya untuk berjabat tangan, maka berguguran dosa-dosa keduanya sebagaimana daun-daun pohon berguguran.” (HR. Thabrani di dalam Al-Ausath, Majma’uz Zawaaid, juz 8, hal. 37, no. 12766)
Para sahabat Rasulullah SAW juga terbiasa berjabat tangan sebagai bentuk penghormatan dan persaudaraan. Dalam sebuah hadits disebutkan:
عَنْ قَتَادَةَ قَالَ: قُلْتُ ِلاَنَسِ بْنِ مَالِكٍ هَلْ كَانَتِ اْلمُصَافَحَةُ فِى اَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ ص؟ قَالَ: نَعَمْ. الترمذى 4: 172، و قال: هذا حديث حسن صحيح
‘An qataadah qaala: qultu li’anas bin maalik hal kaanat al-mushaafahah fii as-haabi rasuulillaahi shallallaahu ‘alaihi wasallam? Qaala: na’am.
“Aku bertanya kepada Anas bin Malik, ‘Apakah dahulu berjabat tangan itu dilakukan oleh para sahabat Rasulullah SAW?’ Anas menjawab, ‘Ya’.” (HR. Tirmidzi, juz 4, hal. 172, dan ia berkata: Hadits ini hasan shahih)
Etika Berjabat Tangan
Islam memberikan batasan yang jelas dalam berjabat tangan. Berjabat tangan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram tidak diperbolehkan. Dalam riwayat Aisyah RA disebutkan:
قَالَتْ عَائِشَةُ: وَ مَا مَسَّتْ يَدُ رَسُوْلِ اللهِ ص يَدَ امْرَأَةٍ اِلاَّ امْرَأَةً يَمْلِكُهَا. البخارى 8: 125
Qaalat ‘Aa’isyah: wa maa massat yadu rasuulillaahi shallallaahu ‘alaihi wasallam yada imra’atin illa imra’atan yamlikuhaa.
“Tangan Rasulullah SAW tidak pernah menyentuh tangan (wanita yang tidak halal baginya), kecuali wanita yang beliau miliki.” (HR. Bukhari, juz 8, hal. 125)
Riwayat lain menegaskan:
قَالَتْ عَائِشَةُ: مَا مَسَّ رَسُوْلُ اللهِ ص بِيَدِهِ امْرَأَةً قَطُّ. مسلم 3: 1489
Qaalat ‘Aa’isyah: maa massa rasuulullaahi shallallaahu ‘alaihi wasallam biyadihi imra’atan qaththu.
“Tidak pernah sekalipun tangan Rasulullah SAW menyentuh (tangan) wanita (yang tidak halal baginya).” (HR. Muslim, juz 3, hal. 1489)
Rasulullah SAW bahkan memperingatkan:
عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: َلاَنْ يُطْعَنَ فِى رَأْسِ اَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ اَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لاَ تَحِلُّ لَهُ. الطبرانى فى الكبير 20: 212، رقم: 486
‘An ma’qil bin yasaar qaala: qaala rasuulullaahi shallallaahu ‘alaihi wasallam: la-an yuth’ana fii ra’si ahadikum bimikhyathin min hadiidin khayrun lahu min an yamassa imra’atan laa tahillu lahu.
“Ditikam seorang di antara kalian di kepalanya dengan jarum dari besi adalah lebih baik daripada ia menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani dalam Al-Kabir, juz 20, hal. 212, no. 486)
Kesimpulan
Berjabat tangan adalah sunnah yang mendatangkan keutamaan besar. Kebiasaan ini tidak hanya mempererat persaudaraan, tetapi juga menggugurkan dosa.
Namun, penting untuk memastikan bahwa kita mematuhi batasan syariat, yakni berjabat tangan hanya dengan orang yang halal untuk disentuh.
Jadikan berjabat tangan sebagai salah satu kebiasaan baik yang mendekatkan diri kepada Allah SWT.