Warga LDII Cibodas Lembang KBB Manfaatkan Peluang Bisnis dari Budidaya Horenso

Warga LDII Cibodas Lembang KBB Manfaatkan Peluang Bisnis dari Budidaya Horenso

Warga LDII Cibodas Lembang KBB Manfaatkan Peluang Bisnis dari Budidaya Horenso

Warga LDII Cibodas Lembang KBB Manfaatkan Peluang Bisnis dari Budidaya Horenso—Tren gaya hidup sehat mendorong masyarakat untuk lebih selektif dalam memilih bahan makanan, terutama sayuran.

Salah satu yang kini menarik perhatian adalah horenso (Spinacia oleracea), atau bayam Jepang. Sayuran hijau ini kaya akan nutrisi seperti vitamin A, C, K, dan zat besi, menjadikannya pilihan ideal bagi konsumen yang peduli kesehatan.

Selain manfaat kesehatannya, horenso juga memiliki nilai ekonomi tinggi karena banyak diminati oleh kalangan kelas menengah ke atas yang mengutamakan kualitas.

Mulyana, seorang petani sekaligus warga LDII asal Desa Cibodas, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, melihat potensi besar dari budidaya horenso.

“Permintaan dari restoran Jepang dan rumah tangga di kota besar seperti Bandung dan Jakarta cukup tinggi, terutama untuk horenso organik,” jelasnya.

Dengan kondisi tanah subur dan iklim sejuk khas Lembang, horenso menjadi komoditas unggulan di daerah ini. Proses perawatan horenso pun cukup sederhana.

“Biasanya panen bisa dilakukan dalam 35-40 hari tergantung cuaca,” ungkap Mulyana.

Di salah satu lahannya seluas 225 meter persegi, Mulyana menanam hingga 2.400 pohon horenso dan mampu menghasilkan 120-150 kilogram sekali panen.

Hasil panennya dipasarkan melalui kontrak dengan distributor sayuran atau restoran.

“Harga kontrak biasanya Rp37.000 per kilogram. Untuk memenuhi standar pasar, daunnya harus bebas hama, sehat, dan memiliki tinggi sekitar 30 cm,” tambahnya.

Dalam seminggu, ia mengirimkan sekitar 50 kilogram horenso, yang bisa meningkat menjadi 100 kilogram saat musim liburan.

Warga LDII Cibodas Lembang KBB Manfaatkan Peluang Bisnis dari Budidaya Horenso

Meski menjanjikan, budidaya horenso tidak lepas dari tantangan, seperti hama dan perubahan cuaca ekstrem.

BACA JUGA:  Ponpes Wali Barokah Kediri Raih Penghargaan Pesantren Sehat di Hari Kesehatan Nasional ke-60

“Di musim hujan, kalau tidak menggunakan greenhouse, tanaman di lahan terbuka bisa rusak,” ujarnya.

Untuk mengatasinya, Mulyana menggunakan pupuk organik buatan sendiri dari limbah daun horenso yang tidak layak konsumsi, dicampur air, garam, dan sedikit pupuk NPK.

Selain horenso, mayoritas warga LDII di Desa Cibodas juga bertani komoditas unggulan lain seperti buncis kenya dan sayuran premium. Aktivitas pertanian ini tidak hanya menjadi sumber penghidupan, tetapi juga mempererat kebersamaan antarwarga.

Salah satu tradisi unik mereka adalah “botram,” makan bersama di lahan pertanian.

“Ketika ada tamu, seperti pengurus LDII dari Kota Bandung, kami menyambut dengan hangat sambil memberikan oleh-oleh sayuran segar hasil panen,” cerita Mulyana.

Budidaya horenso di kawasan Lembang tak hanya mendukung tren hidup sehat, tetapi juga membuka peluang ekonomi yang stabil bagi petani lokal.

Dengan pengelolaan yang baik dan adaptasi terhadap perubahan cuaca, horenso berpotensi menjadi komoditas unggulan yang mampu meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus menjawab kebutuhan pasar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *