Workshop Keharmonisan Rumah Tangga: Membangun Keluarga Tangguh Berbasis 29 Karakter Luhur
Workshop Keharmonisan Rumah Tangga: Membangun Keluarga Tangguh Berbasis 29 Karakter Luhur—Dalam upaya memperkuat keutuhan keluarga, Biro Pendidikan Umum dan Pelatihan DPW LDII Jakarta menggelar wokshop.
Acara yang bertajuk “Workshop Keharmonisan Rumah Tangga, Membangun Rumah Tangga yang Tangguh Berbasis 29 Karakter Luhur” ini dilaksanakan pada Minggu (08/12) di kantor DPP LDII Senayan, Jakarta.
Menguatkan Keutuhan Rumah Tangga melalui Karakter Luhur
Sekretaris DPW LDII Provinsi Jakarta, Muhamad Ied, menyampaikan bahwa tema workshop ini selaras dengan program LDII, yaitu pengamalan 29 karakter luhur dalam kehidupan berkeluarga.
“Ketika keluarga menghadapi ujian dan memahami konsep maqodirullah, mereka dapat lebih ikhlas dan tabah dalam menjalani cobaan tersebut,” ujar Ied.
Lebih lanjut, Ied menekankan pentingnya life skill dalam membangun keharmonisan keluarga. Ia berharap nilai-nilai dasar yang disampaikan dalam workshop ini dapat diterapkan di seluruh keluarga LDII, dan rencananya program serupa akan dilaksanakan di tingkat DPD pada tahun 2025.
Mengatasi Konflik dalam Rumah Tangga
Konsultan keluarga, Rino Amri, menyoroti pentingnya introspeksi diri dalam mengatasi konflik rumah tangga, termasuk Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT).
Ia menjelaskan bahwa KDRT sering kali timbul akibat kurangnya pemahaman dan komunikasi antara suami dan istri.
“Ketidaksamaan persepsi dan ketidakpahaman satu sama lain dapat memicu emosi yang meletup-letup,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Biro Pendidikan Keagamaan dan Dakwah DPW LDII Jakarta, Dave Ariant Yusuf, menegaskan perlunya keselarasan visi dan misi dalam rumah tangga, khususnya dalam mendidik anak-anak.
“Suami dan istri harus kompak mendidik generasi penerus dengan 29 karakter luhur, agar kelak anak-anak tumbuh menjadi individu sukses, dan orang tua dapat menikmati hasilnya,” katanya.
Pentingnya Pencegahan KDRT dan Pemahaman Hak dan Kewajiban
Pakar psikologi, Amarina Arianto, memaparkan pentingnya pencegahan KDRT sebagai langkah menciptakan rumah tangga yang harmonis.
Ia menyebutkan bahwa KDRT dipicu oleh berbagai faktor seperti ekonomi, kepribadian, pola asuh, hingga minimnya kontrol emosi.
“Pasangan yang merasa memiliki kekuatan lebih cenderung menyakiti, sehingga masing-masing individu harus memahami hak dan kewajibannya. Penting juga bagi pelaku KDRT untuk menyadari tindakannya dan memiliki itikad untuk berubah melalui terapi yang meningkatkan kontrol emosi,” jelas Amarina.
Amarina juga menekankan pentingnya penanaman nilai-nilai luhur sebelum menikah, sebagai fondasi untuk membangun keluarga yang tangguh, harmonis, dan mampu mencetak generasi unggul di masa depan.
Harapan untuk Masa Depan Keluarga Indonesia
Workshop ini memberikan wawasan praktis dan mendalam tentang pentingnya membangun rumah tangga yang harmonis, dengan menanamkan nilai-nilai luhur sebagai pondasi utama.
Harapannya, keluarga Indonesia dapat menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang generasi penerus yang berkualitas dan berkarakter.